Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ia Memanggilku "Ayy..."

27 April 2020   19:05 Diperbarui: 27 April 2020   19:02 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mabel Amber dari pixabay.com

Gadis itu tersipu malu-malu tapi mau ketika menerima es itu, senyumnya amat menawan, membuat hatiku tertawan.

Dari peristiwa itulah perkenalan berlanjut ke pembicaraan menyenangkan. Setiap pagi kami janjian untuk ketemu.

Aku merasa nyaman bercerita tentang segala hal kepadanya. Iapun nyaman mengisahkan mengenai kehidupannya.

Diam-diam kami saling menyukai, dan semuanya mengalir begitu saja. Kami menjadi dua sejoli yang sedang jatuh cinta, saling berjanji untuk bertemu di Taman Peranginan.

Kami tidak lagi duduk terpisah sendiri-sendiri, sekarang duduk berhimpitan dan berpelukan. Taman itu tiba-tiba saja menjadi indah, penuh pohon trembesi dan mahoni rimbun menyejukkan, bunga sepatu yang hanya berwarna merah dengan kupu-kupu beterbangan di sekitarnya dan, tentu saja, pedagang asongan yang beredar. Bedanya, sekarang aku jarang membeli dagangannya, ia yang lebih sering mengacungkan tangan.

Sekali saja aku mengajaknya makan bakso di dekat bundaran air mancur, itupun dari hasil obyekan yang lumayan.

Aku senyum-senyum sendiri seperti orang sinting menatap dinding, membayangkan hari-hari penuh kisah kasih dengannya, sembari menyeruput segelas teh hangat yang sudah dingin, "hah.....tawar...? Tidak pakai gula......???"

"Gula, kopi, minyak goreng, beras dan lauk pauk habis, Pakne...! Kamu harus segera mencari uang. Usaha gih...!!!", sambil mengangsurkan sepiring singkong rebus, Bune berkata ketus seperti biasanya.

Udara pagi yang gerah terasa mampat. Omelan Bune membahana memecah suasana rumah petak sewaan di bantaran kali Ciliwung yang sesak, ditambah rengekan anak bungsu meminta sarapan.

Aku meraup dua potong singkong, menyisakan setengah gelas teh tawar yang sudah dingin, melesat ke Taman Peranginan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun