Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ternyata Turbulensi Tidak Sekali

9 April 2020   06:31 Diperbarui: 9 April 2020   06:47 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu mereprentasikan, bahwa ternyata dalam turbulensi ada proses titik balik, bagi mereka yang menyadari kesalahannya, tenang, sabar dan ikhlas menjalaninya. Manakala telah tiba pada titik keterpurukan terdalam, ada hukum keseimbangan (harmoni) yang akan mendorong ke atas menuju permukaan harapan.

Selama proses itu dan sesudahnya, agar senantiasa melakukan perbuatan baik, bersyukur, tidak mengambil hak makhluk lainnya, tidak berbuat aniaya, dan seterusnya.

Setelah berdarah-darah melintasi belantara onak, tibalah saya di permukaan cahaya kesempatan, lantas memulai usaha kecil-kecilan. Saya mendapat kesempatan di bidang konstruksi, dengan mendirikan sebuah perusahaan kecil.

Selama sekian belas tahun, kegiatan itu membuahkan hasil, meski tidak sehebat sebagaimana kejayaan di masa lampau.

Namun demikian, belum tentu pengalaman buruk tersebut membuat jera. Seseorang kerap melakukan kesalahan serupa untuk kedua dan kesekian kalinya yang kemudian akan membenamkannya kembali ke jurang keterpurukan.

Kesibukan di proyek konstruksi telah membuat saya melupakan (lagi) pelajaran-pelajaran hidup. Pergaulan di dunia konstruksi, menyeret saya ke kebiasaan begadang dan tidak mengenal libur, terlibat suap-menyuap, cenderung temperamental, serta kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya. Disebut "tomat" alias "tobat sejenak, lalu kumat lagi". 

Ya, kesibukan-kesibukan telah membuat saya lebih mencintai pekerjaan dibanding perihal lainnya! Mengulang kesalahan sama yang pernah dibuat pada masa lampau.

Untunglah, sebelum terlanjur terperosok lebih dalam, pada akhir tahun 2018 Sang Pemilik Kehidupan menyelamatkan saya dari keterperosokan yang lebih dalam: menganugerahkan serangan stroke yang melumpuhkan separuh badan, menghentikan saya dari kegiatan konstruksi.

Itulah turbulensi kedua kalinya dalam kehidupan saya.

Namun demikian patut disyukuri, turbulensi kedua telah menyelamatkan saya dari jurang keterpurukan dan keputus-asaan yang lebih dahsyat tanpa ampun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun