Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Jounalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Matahari Seperempat

9 Maret 2020   07:09 Diperbarui: 9 Maret 2020   07:57 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Preman itu bangkit lalu lari terbirit-birit sambil mengacungkan jari tengahnya melihat lawannya, lelaki pujaanku, yang perkasa.

Setelah mengembalikan anak perempuan kepada wanita lusuh itu aku kembali ke meja. Nafasku masih memburu. Lelaki pujaanku menyelipkan segelas air mineral diantara kedua bibirku, satu tangan yang lain menyentuh mesra daguku. Wajahnya yang tampan menyiratkan kekhawatiran.

Matahari tinggal seperempat, perlahan ditelan malam. Waktunya untuk beranjak, ketika sebuah suara berwibawa dengan lembut berbisik,

"Malam ini dan dua hari berikutnya, aku tidur di apartemenmu. Bolehkah sayang?".

Seketika, beribu-ribu pelangi menyesaki kepala. Aku terperangah tak memercayai pendengaranku.

"Ya, tiga hari kedepan istri dan anak-anakku ke luar kota. Pulang kampung".

Simpulan lelaki pujaanku kala matahari tinggal seperempat itu menyingkirkan tanya, berganti dengan bunga-bunga bersemi menjejali rongga dada.

Perasaanku melayang, menerbangkan khayal ke angkasa cerah sampai ketika bersitatap dengan sepasang bola mata bening memancarkan rasa terimakasih yang tidak bisa dilukiskan.

Anak perempuan dan wanita kusam itu masih ada di trotoar depan cafe. Aku dengan tulus menghadiahkan senyum dan mengangsurkan sejumlah uang.

Matahari seperempat tenggelam. Sinarnya telah padam, digantikan temaram di atas trotoar muram.

Wanita kusam dan anak perempuan itu bangkit, berjalan menyusuri bayang menuju ke sebuah koloni kumuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun