Suatu saat spanduk itu hilang dicuri oleh orang yang tidak memiliki adab, menggunakannya sebagai pelindung dari hujan. Keadaan kembali ke semula, orang-orang bertanya lagi mengenai itu-itu saja dengan jawaban tentang itu-itu saja.
Dipasang kertas berlaminasi berisi informasa.
Akhirnya ditancapkan sebuah papan ditempeli kertas A4 dilaminasi berisi keterangan tentang: Nama buah; Rasa; Khasiat; Usia tanaman. Keterangan dibuat singkat agar ukuran huruf mudah terbaca dalam jarak setengah meter. Untuk sementara mampu meredam keingin-tahuan orang.
Sebagian kecil membacanya, namun sebagian besar bertanya tanpa membaca: Buah apa ya? Bisa dimakan tak? Enak nggak? Apa rasanya? Dan ihwal tanya lain. Kondisi tidak banyak berubah, orang-orang bertanya mengenai itu-itu saja dengan jawaban tentang itu-itu saja.
Bila dlihat dari balik jendela akan diperoleh pengetahuan lebih menarik ihwal minat baca.
Serombongan emak-emak berceloteh bertanya-tanya ketika melihat buah kepel yang bergerombol. Dijawab oleh temannya sebagai buah sawo, mengabaikan papan keterangan. Sementara rombongan lain menganggap sebagai buah nam-nam, tanpa sedikitpun membaca papan informasi. Banyak orang tidak membaca informasi tertulis tentang pohon kepel!
Benar juga apa yang diwartakan Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, berdasarkan studi "Most Littered Nation In the World" di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Sumber.
Barangkali sampai hari ini pun tingkat minat baca itu masih tidak menggembirakan. Dalam skala kecil, terbukti: sudah ada penjelasan tertulis masih juga mereka melemparkan tanya.
Kesimpulan di atas ditarik berdasarkan studi asal-asalan, bukan observasi menurut kaidah keilmuan, yakni dengan memandang dan memperhatikan perilaku membaca orang ketika melihat keunikan pohon kepel yang notabene sudah dipasangi keterangan tertulis.
Ulasan ini bukanlah generalisasi dari persoalan budaya minat baca. Saya percaya, bahwa para pembaca budiman tergolong mereka dengan budaya literasi tinggi.
~~Selesai~~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H