"Nisa, kemarilah cantik...!"
Rona merah menjelajahi wajah bening gadis baru lulus Sekolah Aliyah)** itu, sembari menghampiriku.
Aku berbincang penuh gaya sembari memuji keelokan Nisa yang memerah berbunga-bunga hati menunduk malu.
"Menurut hikayat, sebenarnya wanita memiliki pesona yang misterius, di mana Aku sulit mengidentifikasi, mempersepsi dan mendefinisi kecantikanmu, Nisa" rayuan metropolis yang sebetulnya dianggap klise dikacamata gadis kota membuat gadis desa polos itu hanya bisa mengeluarkan lenguhan lirih,
"Aaah....akang bisa saja."
"Menurut Nietzsche......"
"Siapa itu si Nitse teh Kang?
"Oooh itu, seorang filsuf dari negara Prusia, engkau tak akan tahu," Aku menerangkan, bangga melihat Nisa mengangguk berkerut,
"Engkau sebenarnya cantik dan sedap dipandang mata diantara teman-temanmu yang lain."
"Aaah....akang."
"Tetapi, Nietzsche meragukan adanya kebenaran mutlak. Bahwasanya sebenarnya kebenaran itu tidak ada...!"