Dibantu oleh sekitar 1.500 personel gabungan dari kepolisian, satpol PP dan PPSU pada hari Kamis (14/11) penggusuran itu berakhir ricuh.
"Kami semua pendukung Anies, tapi kenapa digusur? Katanya dulu tidak ada penggusuran saat kampanye," kata salah seorang warga, Subaidah, Sabtu (16/11/2019), seperti dikutip Antara.
Selintas, tampak adanya inkonsistensi antara ucapan saat kampanye dengan kenyataan setelah berhasil menduduki jabatan. Namun demikian, tidak bisa juga a priori menilai pelaksanaan kebijakan setelah berkuasa. Banyak faktor yang mendasari sebuah keputusan Sampai saat artikel ini ditulis, belum ada tanggapan Anies Baswedan atas penggusuran atau penataan kawasan Sunter.
Jika perubuhan bangunan warga dianggap sebagai salah satu bentuk penggusuran, maka pernyataan tersebut bisa dianggap pernyataan populis yang hanya digunakan untuk meraup suara, dan berbeda dengan realitas di lapangan setelah memegang tampuk kekuasaan.
Pernyataan politik yang diucapkan pada saat kampanye demi tujuan jangka pendek (meraih kemenangan dalam pemilihan kepala daerah) telah mengabaikan konsekuensi jangka panjang.
Disisi lain, pernyataan Anies saat kampanye tidak bisa dianggap populis. Camat Tanjung Priok berkilah, bahwa perubuhan pemukiman yang sudah bertahun-tahun ditempati itu merupakan upaya penataan di kawasan fasilitas sosial dan umum, bukan pemukiman. Penataan tersebut sudah memenuhi aturan, tegasnya.
Faktor-faktor yang melatari keputusan tersebut belum terungkap, seperti kepemilikan, selain penataan kawasan fasilitas sosial dan umum
Maka reaksi atas peristiwa diatas tergantung kacamata yang dipakai: penggusuran atau penataan?
Sebagai penutup. penulis terngiang-ngiang sebuah quote (anonim):
I'M MY WORD...!