"Ergh.....anu...pinjem catetan kimia.."
Bunga kuning itu masih tersimpan terhimpit diantara halaman buku sampai mengering. Sophia terkekeh-kekeh menertawai kekonyolan Sidin yang hanya bisa garuk-garuk kepala.
Sebagai tak pernah puas, dipandanginya paras wanita berkulit putih dan berhidung bangir itu. Senyum menyejukkan mengaliri wajah teduh, terdengar alunan nafas sangat lembut, Sidin lama mengecup keningnya seakan tak ingin berpisah. Kedua matanya berkabut.
Hanya kepadanya, Sidin lancar bercerita apa saja, bahkan soal kesukaannya kepada gadis teman sekelasnya. Dengan Sophia pula ia belajar bersama, jalan bersama ke sekolah karena mereka bertetangga semenjak usia dini. Setangkai bunga kuning yang sudah kering itu masih disimpan sampai sekarang.
Dipandangnya lekat-lekat wanita berkulit putih dan berhidung bangir itu. Wajah teduh itu meninggalkan senyum tenang. Terlalu amat tenang. Tidak terdengar suara alunan nafas. Disentuhnya leher jenjang yang telah mengeriput itu. Tak terasa sedikitpun denyutan pada nadi.
Tubuh renta Sidin memeluk erat tubuh ringkih, terisak lirih, "Sophia....................", matanya berair.
Betapa, wanita itu telah menyimpan setangkai bunga kuning sebagai kenangan paling indah, mengering dan menua bersama Sidin.
~~Selesai~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H