Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memancing Kekayaan

10 Oktober 2019   08:46 Diperbarui: 10 Oktober 2019   08:50 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay

"Tadi di kantor banyak orang yang menunggu ya?" tanya Saeful.

Hendra mengangguk, "Saya kira janji bertemu di kantor saja, ternyata di sini..."

"Hari ini banyak sekali wartawan bodrex dan perwakilan LSM abal-abal yang harus disediakan amplop. Juga orang bergerombol meminta jatah paket pekerjaan. Oleh karena itu, tadi waktu istirahat makan siang, Saya kabur ke tempat pemancingan ini..." terang Saeful yang juga bertindak selaku Pejabat Pembuat Komitmen.

"Untuk kamu sudah Saya atur proyek yang akan didapat. Parameter di dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) sebagai dokumen dasar pembuatan lelang sudah dibuat sedemikian rupa agar orang lain mustahil memenuhinya. Panitia pengadaan barang dan jasa sudah dikondisikan. Sangat kondusif! Kelak, perusahaan yang kamu bawa untuk mengikuti lelang sudah dipastikan aman dan digiring untuk menjadi pemenang tender. Ada tiga paket pekerjaan akan dilelangkan dengan total nilai 10 milyar, sebaiknya memakai perusahaan berbeda" lanjut Saeful.

"Siap pak...!" Hendra menjura.

Perlawanan ikan seberat sekiloan berhasil ditaklukkan, kedi dengan sigap melepas ikan menggelepar dari kaitan pancing dan membawanya ke penimbangan.

Saeful menoleh ke Hendra, "...sudah dibawa yang saya pesan tadi?"

Hendra mengangguk, "Saya bawa ceban pak, nanti setelah pekerjaan selesai akan saya lunasi sisanya", memindahkan amplop ke tangan Saeful.

Saeful tersenyum lebar, "Yang penting pekerjaan selesai, urusan kualitas nomer dua, dan memenuhi commitment fee....".

Keesokan hari, aku enggan berangkat ke rumah Hendra menyupiri seperti biasanya. Lebih baik aku menemani istri yang kukasihi menjaga kios di pasar sebagaimana mestinya. Walaupun tidak banyak, hasil berdagang rasanya masih bisa dinikmati sekeluarga tinimbang keuntungan melimpah dari hasil kongkalikong.

Telepon berdering sejak tadi. Panggilan tak terjawab dari nomor Hendra....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun