Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Tak Usai

8 Oktober 2019   11:23 Diperbarui: 8 Oktober 2019   11:43 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sudut Paviliun di Istana Bogor | dokumen pribadi

Namanya terpampang di halaman utama surat kabar sebagai tokoh terkemuka. Danu menjadi pujangga paling produktif dalam sejarah sastra Nasional, lebih dari 7.500 cerita pendek ditulisnya di berbagai media.

Selama dua dekade terakhir, setiap hari Danu menghasilkan cerita pendek. Kisah-kisah singkat yang menggetarkan karena pilihan kata dirangkai sangat indah, menggambarkan peristiwa secara terperinci.

Demikian nyata sehingga pembaca hanyut terseret arus cerita. Mengeluarkan air mata ketika membaca cerpen tentang kepedihan; pembaca sulit tidur setelah membaca kisah horror mencekam; atau terbahak sendiri di tempat umum ketika membaca buku humor karangan Danu Haryanto. 

Artikel yang dibuatnya telah menginspirasi banyak orang. Oleh karenanya, perolehan "Lifetime Achievement Award" untuk kategori sastra kontemporer dalam acara konferensi antar budayawan Nasional menjadi pantas.

Tidak sedikit penulis lain meniru cara bertutur Danu yang penuh kejutan. Namun belum pernah ada yang bisa menandingi kemampuan sang maestro dalam berkisah. Seperti sumber air yang bermuara ke laut, kisahnya selalu mengayun deras kadang melandai dan selalu tiba pada tujuan penulisan. Pesan yang hendak disampaikan telah sukses menerobos belantara kata lalu mendarat mulus pada benak pembaca.

Setelah melalui cara berliku, suatu pagi, seorang jurnalis muda berhasil menemui Danu Haryanto di rumahnya yang asri.

"Perkenalkan saya, Dina Heryani, reporter dari media www.nganu.com, mau minta waktu sebentar. Bersediakah bapak diwawancarai?"

"Manis...." batin Danu, matanya mengerjap, "Saya ada waktu sebentar sebelum berangkat ke kantor."

"Wah... rupanya sastrawan berkantor juga seperti eksekutif!" komentar Dina dipendam dalam hati.

"Baru-baru ini bapak menerima penghargaan bergengsi, apakah rahasianya...?"

"Konsistensi.......Ya, ajek menulis setiap saat! Semenjak dua puluh tahun lalu saya punya target untuk membuat sebuah cerita pendek setiap hari. Semakin lama kemampuan bercerita kian mahir,  menyihir pembaca agar kecanduan artikel." pria flamboyan itu membetulkan dasi.

"Banyak orang menunggu artikel baru setiap hari", Dina menimpali, "cerpen Bapak telah mengantarkan kepada sesuatu yang baru, hal mencerahkan, kisah yang memperkaya kehidupan. Orang ketagihan membacanya. Bagaimana Bapak bisa menjawab tantangan itu, sedangkan hal itu membutuhkan stamina prima?"

Cuping hidung Danu mengembang, "Ehemmm..., itu menjadi seni tersendiri. Saya menjelajahi hutan aksara berdasar pengalaman. Jika penulis lain hanya berpetualang di dunia khayal, maka Saya melakukan pengembaraan secara nyata. Mengalami sendiri apa yang tertulis di dalam cerpen, suka duka yang nyata! Kemudian Saya mengimajinasikan kerangka empiris itu dalam bentuk tulisan. Pembaca merasakan adanya denyut, alur mengayun dan dinamika setiap kata."

"Kongkritnya...?" tanya Dina.

"Pasti semua orang pernah mengalami masa kanak-kanak. Nah, liku-liku itu dilukiskan dalam kata, se-akurat mungkin sehingga keceriaan anak-anak melompat-lompat dalam cerita. Pada masa remaja, narasi tentang cinta atau pergulatan dari jiwa anak-anak menuju alam dewasa akan banyak mewarnai cerpen."

Menghabiskan kopi mendingin, Danu melanjutkan, "Masa sesudahnya merupakan periode dewasa, tentang segala aspek kehidupan nan beragam serba rumit. Bagaimana membina perkawinan, menyiasati rumahtangga beronak-duri, membesarkan anak, perselingkuhan, jalinan yang terjadi di masyarakat, gonjang-ganjing politik, penegakan hukum, jatuh-bangun dalam karir atau dunia usaha dan ribuan sendi kehidupan yang tak bakal habis dijadikan cerita."

"Jadi......? Perselingkuhan itu pernah terjadi?" Dina terkejut mengingat ia tak pernah mendengar kekacauan dalam rumah-tangga penulis itu.

Danu hanya tersenyum genit mengedipkan sebelah mata.

"Oooh.....! Bapak sekarang.....?" Dina membelalakkan mata pada dandanan Danu yang parlente.

Berdiri, kemudian sembari mengancingkan jas hitam bersetrika licin, Danu berujar "Tepat sekali! Saya sedang menyelesaikan kisah kehidupan pengusaha kaya. Beruntung, seorang kawan baik meminjamkan setelan jas ini dan salah satu ruang di kantornya untuk Saya tempati barang satu dua hari. Saya berangkat ya! Kendaraan daring sudah tiba".

Sejurus kemudian, Dina mengejar, "Pak...pak...pak.....kapan Bapak membuat kisah tentang misteri, misalnya kematian?"

Danu membuka kaca mobil, "Good idea..! Setelah pembuatan artikel tentang pebisnis ini, Saya segera membuat cerita pendek tentang seluk-beluk sekitar kematian...........".

~~ Selesai ~~

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun