Artikel-artikel tersebut merupakan hasil berpetualang di dunia kata, tanpa dibatasi kaidah-kaidah keilmuan yang njlimet. Artikel bertujuan menghasilkan narasi yang bisa diterima pembaca. Latar belakang pengalaman di bidang konstruksi kemudian menghasilkan naskah Cerpen bak laporan perkembangan proyek, jauh dari norma sastra.
Mendadak jadi sastrawan bukanlah tujuan. Melatih kemampuan menjelajahi dunia literasi demi membiasakan diri untuk senantiasa: terbangun, tidak memboroskan waktu yang melimpah pada siang hari dengan tidur dan mengingat kata-kata yang layak disampaikan.Â
Oleh karenanya, karya tulis tersebut tidak melulu pada pembuatan Cerpen. Bisa dalam kategori Kuliner, Otomotif, Humaniora atau apa saja yang menginspirasi pembaca. Kendati penyelesaian satu artikel butuh waktu lebih dari satu hari. Kegiatan menyenangkan selanjutnya adalah mengapresiasi karya tulis Kompasianer lain.
Sepuluh bulan lalu--Desember 2018-- saat pekerjaan finishing pembangunan gedung kantor pemerintahan di luar kota, Saya terserang stroke dan penanganan terlambat, sehingga bagian otak yang berfungsi motorik  rusak lalu melemahkan gerak tubuh bagian kanan.
Pertama kali Saya menulis  melalui smartphone menggunakan jari tangan kiri. Tangan kanan belum bisa dipakai untuk mengetik apalagi menulis menggunakan pena. Kemudian hasil tulisan dipindahkan ke laptop untuk memudahkan pengeditan dan pengunggahan. Tak heran jika banyak artikel terbit dengan kesalahan ketik.
Selain itu, kegiatan membaca artikel, memberi penilaian dan komentar --cukup melalui smartphone-- akan memperkaya pemahaman. Pernah suatu ketika--karena kolom itu sangat berdekatan di layar-- jempol Saya yang kegedean meleset menyentuh nilai "tidak menarik" pada salah satu artikel rekan Kompasianer. Saya sebenarnya tidak suka dengan kolom penilaian  "tidak menarik". Saya hanya ingin mengapresiasi. Eh......kok jadi curcol? Maaf ya...!
Menurut hemat Saya, kegiatan "menulis" akan membantu tetap terjaga pada siang hari, tidak malas berpikir positif, leluasa menjelajahi belantara kata, mengingat segala hal dan menjadikan  diri bersemangat. Semangat untuk mengaktifkan akal-pikiran. Artinya, menulis bisa menjadi alternatif terapi agar tidak mudah lupa alias pikun bagi penderita stroke.
~~ Sekian ~~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H