Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Mau Belajar Masak Gudeg? di Sini Tempatnya!

5 Oktober 2019   09:00 Diperbarui: 5 Oktober 2019   09:31 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi: budi susilo

Gudeg adalah masakan khas yang lumrah ditemui di Jogyakarta, terbuat dari gori (nangka muda) dan rasanya cenderung manis. Berbagai outlet menyediakan masakan gudeg, dari mulai warung sederhana sampai rumah-makan papan atas. 

Dari mulai yang legendaris sampai dengan yang tersedia di hotel berbintang. Demikian populernya gudeg, sehingga ia menjadi salah satu oleh-oleh "wajib" ketika berkunjung ke Jogyakarta, dengan pilihan kemasan berupa besek dan kendil. Tingkat harga yang ditawarkan pun bervariasi, tergantung: tempat, nilai historis, kemasan dan tentunya kelezatan rasa.

Konon, gudeg merupakan makanan ransum tentara pejuang pada jaman perang di wilayah Jogya dan sekitarnya, karena dapat disimpan selama masa perjuangan, bahan-bahan yang mudah didapat dan disukai banyak orang. 

Oleh karenanya, masakan ini mampu bertahan sampai sekarang dengan komposisi yang relatif tidak berubah. Barangkali yang berubah adalah bahan bakar untuk memasaknya, dari awalnya menggunakan tungku kayu bakar menjadi kompor berbahan-bakar gas.

Gudeg disantap bersama nasi putih atau nasih merah, krecek, areh ayam kampung suwir dan telur ayam bulat. Untuk mendapatkan cita-rasa gudeg yang lezat, dibutuhkan sedikitnya 5 jam pematangan gori dan bumbu-bumbu lainnya. Gudeg terasa manis saat dikunyah. 

Masakan krecek berbahan baku kulit sapi, rasa pedasnya berasal dari cabe rawit kuning-kemerahan (lombok abang). Sedangkan areh (hampir mirip opor, tetapi lebih kering) merupakan masakan ayam kampung, telur dan tahu yang direbus lama di dalam santan dan blondo. Blondo adalah olahan minyak kelapa yang menghasilkan aroma khas dan terasa sangat gurih.

Gabungan nasi putih hangat, gudeg yang manis, areh yang gurih dan krecek yang pedas akan menghasilkan kombinasi rasa yang sulit ditemui bandingannya pada masakan lain.

Salah satu penyedia masakan gudeg beserta lauk-pauknya, adalah Gudeg Yu Kartini di kisaran Jetis Jalan Trimargo Kulon Cokrodiningratan Yogyakarta. 

Warung sangat sederhana ini berada di perkampungan seberang SMK 3 Yogyakarta. Selain gudeg, tersedia juga bubur nasi yang sangat enak rasanya. Warung ini hanya buka pagi, dari jam 6.00 sampai jam 10.00.

Pada siang hari, Yu Kartini akan mengolah gudeg dan kawan-kawannya untuk dijual di Lesehan Gudeg Mbah Cokro di Jalan Diponegoro Jogyakarta, yang buka pada sore hari sampai jam 10:00 malam. Kelezatan dan cita-rasanya serupa.

Manisnya gudeg di sini cocok bagi lidah penikmat kuliner luar jawa-tengah, rasanya membuat lidah tak mau berhenti mencecap berpadu dengan krecek yang sedang pedasnya (jika kurang pedas disediakan sambal), areh suwiran ayam kampung yang sangat gurih dan empuk. 

Baru-baru ini tiga orang wisatawan berlainan suku, seorang dari Jawa Barat, satu lagi berdarah Sumatra Utara dan sisanya berasal dari Jawa Timur, melahap nasi gudeg seharga total tak lebih dari Rp. 50.000,00!

Yu Kartini adalah penerus tradisi pengolah gudeg, dimana tata-cara  memasak gudeg merupakan kegiatan yang dilakukan secara turun-temurun. "Pelatihan" memasak gudeg yang built-in dalam tradisi keluarga  telah menghasilkan cita-rasa masakan yang menjadi ciri khas. 

Resep dan cara memasak bisa saja diduplikasi, namun olahan rasa yang dihasilkan tidak akan selezat masakan para pewaris standard recipe gudeg. Diperlukan roso, kesabaran, konsistensi dan passionate dalam memasak gudeg.  Menurut pengakuan Yu Kartini, ia hanya bisa berisitirahat selama lima jam setiap harinya.

Namun Yu Kartini masih mau menyediakan waktu, jika ada peminat kuliner yang ingin belajar cara memasak gudeg sesuai heritage. Sedikitnya diperlukan waktu empat hari untuk belajar proses memasaknya, tergantung kemampuan sang murid. Syaratnya lumayan berat, ia harus mampu mengikuti kebiasaan dan irama yang telah dilakukan Yu Kartini selama berpuluh tahun!

Bagi yang berminat belajar masak gudeg silahkan menghubungi Yu Kartini. Siapa tahu kelak akan menjadi olahan gudeg penerus tradisi masakan khas di luar kota Jogyakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun