Laptop lekas ditutupnya meninggalkan pekerjaan yang belum usai, bergegas menuju kamar tidur. Anak satu-satunya memanggilnya.
"Ayah akan bercerita tentang apa?"
Baskoro menghela nafas, "Ehm.....mengenai kehidupan burung, bagaimana?"
"Horeeee.....asyik...!" Cinta, putri berusia 4 tahun itu bersorak girang.
Kegembiraan tulus yang telah menjadi inspirasi bagi Baskoro untuk senantiasa produktif menghasilkan naskah yang akan dikirim ke koran. Keceriaan yang telah membanjiri ruang kosong di dada. Pekerjaan sebagai kontraktor ditinggalkannya. Sekarang, sebagai penulis cerpen ia lebih bebas menentukan waktu, dan mencurahkan perhatian kepada sang buah hati.
Baskoro dengan suara lembut menenangkan mulai bercerita kepada putri yang memiliki mata berkilauan, sedang memandangnya takjub.
###
Di suatu hutan yang damai hiduplah seekor burung gagak dengan riang gembira merdeka terbang ke sana kemari.
Sampai suatu ketika ia berhenti dan bertengger pada suatu dahan melihat seekor angsa di danau: "Betapa putih bulunya, sementara aku demikian hitam legam. Pastilah ia burung paling bagus".
Gagak menyampaikan isi hati kepada angsa, lalu dijawab: "Benar, tadinya aku merasa menjadi burung paling bahagia di hutan ini ketika kulihat seekor burung beo, yang memiliki dua warna. Aku rasa burung beo merupakan burung paling bahagia yang pernah diciptakan."
Sejurus kemudian, gagak terbang menemui burung beo. "Hidupku sangat bahagia, sampai suatu ketika kulihat burung merak yang berwarna-warni, sangat indah".