Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gairah Nasi Uduk Pengkolan

23 September 2019   15:45 Diperbarui: 23 September 2019   18:02 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebetulnya istriku merupakan sumber inspirasi yang paling dahsyat. Potongan rambut  pendek menambah kecantikan wajah mungil, hidung agak mancung dan bibir tipis menjadi pemandangan indah yang sedap dipandang. Kombinasi antar perawakan kecil, trengginas, aktif berkegiatan serta pandai berbicara membuatku suka mempuisikannya. 

Ribuan bait-bait indah bertebaran rasanya tak cukup untuk menggambarkan gairahku. Sebagian darinya kupetik kemudian aku cetak menjadi kumpulan puisi yang mengangkatku menjadi sastrawan terkenal di negeri ini.

Ya, bisa saja larik-larik kata berlompatan deras saat aku jatuh cinta. Sesuatu yang lama tidak kualami, saat ini.

Perasaan serupa muncul begitu saja ketika merasakan selusup hangat sinar mentari yang sedang tumbuh di timur bersamaan dengan keriuhan suasana keberangkatan anak-anak ke sekolah, ibu-ibu pergi belanja atau sekedar menghabiskan waktu, bapak-bapak necis pergi ke kantor dan hilir-mudiknya bermacam pedagang memasuki kompleks. Menceritakan beragam festival yang terjadi di alam semesta..

Tempat berjualan di pengkolan itu dengan segala hiruk-pikuknya telah menjadi ladang inspirasi.

Maka, sajak-sajak yang kulisankan kerap dianggap rayuan gombal oleh Asih: melukiskan keelokan pagi, memotret aktivitas orang berlalu-lalang, menggambar kecantikan nuansa nasi uduk, gorengan dan kerenyahan rasa serta keceriaan penjualnya. Aku senang melihat Asih tersipu gembira memancarkan binar berkelebat yang mampu menandingi sinar sang surya. Aku senang melihat keindahan silhouette yang mensketsa tubuhnya sedemikian molek. Aku senang bisa mempuisikan berbagai kesibukan, tidak begitu perduli dengan bisikan bapak-bapak berpikiran mesum yang mengkhayalkan kapan bisa dipijat oleh jemari gemulai penjual nasi uduk pengkolan itu.

Hampir semua syairku berkisah tentang keelokan alam, kegembiraan anak manusia, kemeriahan perayaan dan romantisme cinta. Semua keindahan, termasuk kemolekan wanita, telah diciptakan Tuhan Yang Maha Esa untuk dinikmati.

Hari ini Aku merasa riang berjalan cepat berhasrat memeluk rumah dan seisinya menjelang senja meringkuk dipeluk malam, pulang sehari sebelum kegiatan penting berakhir. Buku Kumpulan Puisi bertajuk Nasi Uduk Pengkolan memperoleh penghargaan tertinggi pada acara Pekan Sastra Nasional di Jakarta.

Kuputar anak kunci pintu depan, membuka dan menutupnya kembali, lalu sontak kudengar erangan istriku seperti tercekik sesuatu yang membuatku terbang menuju kamar sembari kutendang pintu tak terkunci:

Mendadak aku merasa beku, aliran darah ke seluruh tubuh berhenti. Tercekat...!

Tanpa sehelai benangpun pada kedua tubuh berpeluh,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun