Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Malam Durjana Memerah

2 September 2019   12:18 Diperbarui: 2 September 2019   14:41 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paling dahsyat membuat hati terbakar api cemburu, saat tidak sengaja Karjo melihat Togap mengusap-usap dagu Tarsih yang tengah tersipu di taman yang sepi itu. Togap adalah salah satu supir truk pengangkut ayam yang sedang beristirahat dan kerap bergunjing dengan para gadis. Saat itu Karjo menyelinap keluar hendak menghisap rokok barang sebatang menghembuskan rasa penat sambil menengok sang pujaan hati. "Hei..apa yang kalian perbuat?" murka si penjagal ayam. Togap melepaskan tangan dari wajah memucat Tarsih. "Aaa...Aku...gak ngapa-ngapain kok. Cuman ada nyamuk di wajahnya". Marah wajah memerah Tarjo mencengkeram kerah baju Togap "Tarsih, kamu pulang...!!!". Ketakutan, mengeluarkan air mata sesenggukan sembari terbirit-birit Tarsih lari kecil pulang ke rumah majikannya. Sifat inilah yang dibenci Tarjo: Tarsih akan menangis meraung-raung jika melakukan kesalahan.

Tarjo yang lebih kurus dibanding Togap yang berbadan kekar dan lebih jangkung agak kesulitan menggertak. Mereka berseregang hebat tetapi tidak berlanjut ke perkelahian. Sejak peristiwa tersebut, tak sekalipun Tarjo melihat Togap mendekati Tarsih, berbicara pun tidak. Kemudian Tarjo bertekad melamar Tarsih untuk menjadi istrinya kepada orangtuanya.

@@@

Tarjo bergegas menuju kontrakan yang berada tak jauh dari tempatnya bekerja untuk segera bisa melampiaskan syahwat yang selama beberapa hari tidak bisa tersalurkan karena istrinya selalu tertidur pulas saat ia pulang.

Pintu tidak terkunci. Setelah menutupnya Tarjo berusaha mengunci pintu sembari terbersit tanda tanya dalam benak. Keras. Anak kunci sulit berputar. "Mestinya diganti...." pikir Tarjo sembari tak sabar ingin memeluk Tarsih, tentunya pada saat ini sudah terbaring dengan daster merah merona pendek di atas lutut bercorak kembang-kembang tanpa dalaman di kasur busa yang tergeletak di lantai. Seperti  bernafsu untuk dirayu, dicumbu dan ditelanjangi lalu bersama menaiki bahtera mengarungi ayunan gelombang asmara yang telah menggelora berbuih-buih.

"Blep....!!!". Tiba-tiba mulutnya dibekap tangan berbulu. Naluri menguatkan dirinya untuk melawan, meronta kuat dari sergapan sosok yang lebih kekar dan tinggi itu. Semakin kencang. Berkali-kali pisau dapur menghunjam merobek dada menusuk menyayat ulu hati menyemburkan banyak darah dari tubuh Tarjo yang membuat perlawanan melemah membuat tubuhnya terjerembab mencumbu lantai putih. "Togap....." erang Tarjo lirih nyaris tak terdengar.

Batinnya terisak melihat dalam keremangan lindap memerah, Tarsih tergopoh-gopoh bangkit dari peraduan durjana menutupi ketelanjangan tidak senonoh dengan daster pendek merah menyala.

@@@

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun