Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Best in Citizen Journalism dan People Choice Kompasiana Awards 2024, yang teteup bikin tulisan ringan-ringan. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jum'at yang Keramat

30 Agustus 2019   13:07 Diperbarui: 30 Agustus 2019   13:09 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pucat pasi. Mendadak hawa panas mengalir naik menuju wajah dimana senyatanya angin dingin menyembur deras dari penyejuk udara di ruang kasir yang putih pastel. Keringat dingin di dahi mulai merembes keluar melalui pori, menetes. Sementara lima atau enam penjaga ruko berlantai empat itu, berbadan kekar berseragam hitam, bersiaga mengamati situasi tidak mengenakkan yang tengah dihadapi pria paruh baya berdandan ala Don Yuan berusia muda. Tiga kartu debit dari bank terkemuka tidak dapat diotorisasi di mesin Electronic Data Capture.

Kasir muda berkacamata dengan rambut digelung rapi, sedap dipandang mata, hanya berujar datar: "Kartu-kartu bapak ditolak oleh bank bersangkutan".

Uang tunai di dompet tak bakal cukup membayar delapan wanita muda rata-rata berusia 22 tahun masing-masing senilai nyaris sepertiga upah minimum regional untuk berasyik-masyuk melepaskan segala nafsu selama satu jam di kamar-kamar lantai empat yang temaram. Ditambah charge berbotol-botol minuman keras berbagai merek, bersloki-sloki minuman yang terasa seperti teh tawar yang disiramkan pada dada telanjang gadis-gadis, yang hanya bercawat, dilatari hingar bingar musik band pengiring, menemani mereka dan makanan yang dipesan pada cafe di lantai tiga. Oh iya, juga biaya pemakaian ruang VIP karaoke di lantai dua yang sebelumnya pada siang penuh eforia bernuansa tingkah norak bersama rombongan juga dihitung pada printed bill.

***

Yuandi adalah pengusaha dengan kekayaan yang meningkat pesat dalam sepuluh tahun terakhir di kabupaten kecil ini. Rumah berhalaman luas, menjadi hunian paling megah di antara rumah-rumah berdinding bambu pada kecamatan tempatnya bermukim, terparkir deretan mobil bagus dan sejumlah truk penopang usaha. Namanya cukup berkibar karena kedermawanannya menyumbang acara-acara di kecamatan, membangun tempat ibadah, dan segala hal baik untuk warga sekitar. Karakter yang ramah, mau bergaul dengan siapa saja telah melejitkan namanya di tingkatan pejabat, tentunya ditambah sifatnya yang royal kepada oknum-oknum pemangku kepentingan dengan imbalan menghantarkanya kepada kemudahan mendapatkan jalan masuk perolehan proyek-proyek anggaran pemerintah setempat.

Ia tak pernah melalaikan pembayaran commitment fee atas seluruh pekerjaan yang telah selesai. Bahkan, belakangan ini ia berani membayar sejumlah dana yang tidak tertulis di buku peraturan manapun itu di muka, sebelum pekerjaan dimulai. Para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) senang dengan perlakuan pengusaha berbusana parlente itu, berbeda dengan kontraktor lain yang kadang suka ingkar janji. Dengan demikian perusahaannya sering masuk dalam plotting proyek, yang pada dasarnya adalah pembagian kue pekerjaan dari Satuan Kerja Pemerintah Daerah bagi pengusaha.

Bagi-bagi uang tidak berhenti di sini. Panitia pengadaan barang dan jasa kecipratan dana haram, sehingga proses pelelangan senantiasa diperoleh dengan lancar. Namanya cukup tenar di kalangan pemangku kepentingan, karena komitmen terhadap hal yang tak tertulis itu kuat. Sehingga pekerjaan dari anggaran pemerintah setempat demikian mengalir deras ke grup perusahaannya.

Selain perusahaan yang dimilikinya, Yuandi juga membuka sepuluh perusahaan sejenis, secara hukum, atas nama kerabat-kerabatnya. Namun secara de facto merupakan perusahaan miliknya. Tak mengherankan jika proyek-proyek konstruksi banyak dikuasai kalangan usaha Yuandi.

***

Pagi ini Yuandi merasa girang. Deal proyek telah didapatkan untuk ke sepuluh perusahaannya dengan hanya membayar commitment fee sebagian dulu, sisanya setelah proyek selesai. Cukup banyak pekerjaan yang diperoleh, cukup banyak juga yang dana yang mesti digelontorkan. Tapi tidak cukup menguras kosong rekening di bank. Dengan skema tersebut, tidak banyak cash-out yang mesti dikeluarkan di muka. Hanya total lima ratus juta Rupiah saja sudah dibagi kepada masing-masing Kepala Bidang Sarana dan Prasarana  dari tiga Dinas yang memiliki anggaran paling besar di Pemerintahan Daerah Kabupaten terpencil tersebut. Sisanya akan dibayarkan nanti setelah pembayaran pekerjaan telah seratus persen cair.

Agar rencana semakin lancar, Yuandi berencana meng-entertain panitia pengadaan barang dan jasa, sebagai salah satu penentu kemenangan dalam lelang. Mereka sepakat melemaskan kepenatan kerja dengan berkaraoke. Ber-delapan, termasuk sang cukong, setelah makan siang beriringan menuju keramaian yang cukup jauh berada di kawasan Jakarta Utara. Suatu area pertokoan megah diatara pemukiman mewah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun