Mohon tunggu...
Budi Susilo
Budi Susilo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Guru

Nulis yang ringan-ringan saja. Males mikir berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sebatang Coklat Ini Untukmu, Kasih...

23 Agustus 2019   12:59 Diperbarui: 23 Agustus 2019   13:06 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan cara itu, dokumen penawaran kami sudah cocok dengan dokumen lelang terlebih dahulu. Perusahaan telah menyediakan anggaran untuk memuluskan strategi itu, yakni commitment fee kepada oknum pejabat Dinas dan panitia lelang.

Suatu ketika Pemimpin Perusahaan berkeinginan mendapatkan proyek dengan nilai terbesar dalam sejarahnya sebagai pengusaha, hampir 10 miliar Rupiah. Setelah commitment fee disepakati, maka RKS diterima agar kemudian dirubah sesuai keinginan perusahaan. Merubah sertifikat ISO, Sertifikat Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), susunan serta jumlah personalia (tenaga ahli dan tenaga) teknis yang diperlukan dalam pekerjaan, alat-alat yang dibutuhkan berserta surat dukungannya dan lain-lain yang sekiranya menyulitkan pihak lawan. Kelak menjadi kunci-an penentu kemenangan penawaran kami.

Singkat cerita, dokumen lelang berdasarkan RKS yang telah disesuaikan dengan kehendak perusahaan ditayangkan pada portal. Ada waktu seminggu untuk melakukan penyusunan dokumen penawaran, yang notabene telah  Tinggal perapihan dan pemeriksaan kelengkapannya, tinggal mengunggah ke portal LPSE Pemda setempat. Berbeda dengan pesaing yang baru mulai mencari bahan dan menjadikannya suatu dokumen yang tersusun rapi.

Percaya diri aku meyakinkan pimpinan bahwa proyek tersebut pasti di tangan, mengingat segala kunci-an telah dipenuhi. Telah dilakukan pengecekan dan re-check.

Waktu itu, pada pukul 8 pagi lewat beberapa belas menit aku menelpon staff yang melakukan pemasukan penawaran. Tidak diangkat. Barangkali tertidur. Setengah jam kemudian aku menelpon kembali, diangkat. Ternyata baru bangun dari mimpi.

"Sudah di-upload?"

"Khan terakhir pemasukan penawaran baru besok jam 8 pagi. Sekarang baru hari minggu, Pak...!"

Jantung serasa lepas dari dadaku, aku menyahut dengan nada semakin melengking:

"Hah.......??? Menurut jadwal lelang, harusnya sekarang tanggal 15 jam 8 tepat adalah pemasukan dokumen penawaran terakhir. Terlambat dong untuk mengunggahnya...!!#$&@?"

Aku menarik nafas panjang, lelah, mengingat kejadian yang membuatku mengundurkan diri dari perusahaan konstruksi itu. Wanita itu mendengarkan kisah keterpurukan itu, berusaha memahami berbagai kesulitan setelah mengalami hal yang menciutkan nyali ku. Kakiku dipijatnya, ringan, lembut dan hangat seperti hendak menyalurkan empati . Hati berdesir senang.

Sejenak aku merasa lepas lega setelah menumpahkan kesah terpendam.   Sedemikian merasa senang akupun menawarkan sebatang coklat yang selalu  aku simpan di kulkas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun