***
Seperempat abad lebih telah berlalu, rasa kikuk dan malu masih saja terjadi di hadapan wanita pujaan hati itu, kendati sama-sama berusia senja. Dengan berbagai peristiwa. Masih dengan kekakuanku untuk menyatakan suka dengan senyum manis yang membuat kelopak matanya menenggelamkan bola mata hitam. Amboi alangkah cantiknya.
Tidak sekikuk ketika berbincang dengan keluarganya. Ayahnya punya hobi yang sama. memancing, sehingga seluruh pembicaraan riuh dengan ulasan tentang bagusnya joran atau umpan yang cocok untuk berjenis ikan. Dengan kakak lelaki pun aku sering jalan bareng kelompoknya menerabas daerah baru yang belum terlewati dengan sepeda-motor trail. Seperti menjadi bagian dari keluarga.
Akrab dan bisa bersenda-gurau dengan keluarganya, namun aku tidak berdaya menyampaikan rasa suka yang mendera dalam hati. Sampai usia dimana kawan sebaya telah beranak-pinak menggendong cucu, aku masih tak berani meminangnya.
Masih terdengar jelas suaranya yang merajuk di antara tertawaan keluarganya, yang seperti menertawakan rapuhnya hatiku untuk menyatakan cinta lebih dahulu daripada lelaki yang saat ini menjadi suami wanita pujaan hati itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H