Mohon tunggu...
Budi idris
Budi idris Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Buku, Blogger inspiratif

Dengan tulisan mari berkarya dan berprestasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bapak Ibu Guru, Siswa Bukan "Televisi Tua"

4 Agustus 2022   23:35 Diperbarui: 4 Agustus 2022   23:42 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pelayanan pendidikan sering kita menemui siswa yang beraneka ragam macam sikap dan perbuatannya, ada siswa yang memiliki kecerdasan yang baik, ada juga siswa yang lamban dan ada juga siswa yang sama sekali tidak tertarik untuk belajar.

Peran penting seorang guru disini akan sangat menentukan di butuhkan guru yang memiliki kesabaran dan kemampuan untuk melihat potensi siswa yang berbeda satu sama lain.

Terkadang ada juga guru yang tidak sabar tidak faham filosofis pendidikan yang ditanamkan Bapak pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara dimana pada dasarnya semua siswa itu hebat dan memiliki bakatnya masing-masing.

Terkadang ada juga guru yang melakukan tindakan kekerasan jika siswa tidak mampu menerima pelajaran dengan baik dengan memukul, membentak, marah-marah sehingga bukannya siswa menjadi pintar justru terkadang menjadi cacat mental.

Perlu sekali kita sebagai guru memahami siswa bukan seperti televisi yang sudah tua yang bermasalah saat dinyalakan.

Masih ingatkah kita di masa silam, Jika kita memiliki televisi yang sudah cukup tua, yang gambarnya kadang muncul kadang tidak, apa yang sering kita lakukan jika gambarnya tidak muncul?.

Saya yakin dan semua sepakat pasti televisinya di gebrak, mengapa mesti di gebrak atau di pukul karena kita tidak faham cara kerjanya mungkin dengan di pukul gambarnya mungkin kembali menyala akibat ada kabel yang longgar tersambung kembali, atau presisinya bagus lagi.

Yang menjadi masalah jika setelah digebrak gambarnya tidak muncul juga dan kita memaksa terus untuk memukul-mukulnya maka dipastikan televisinya bukan tambah bagus malah semakin ringsek atau rusak berat.

Begitulah cerminan kita guru terkadang memberlakukan siswa dengan semena-mena dan fokus terhadap kemampuan akademik tanpa memperhatikan kemampuan potensi lainnya.

Jika tidak mengerti dan tidak mampu mengikuti pembelajaran hukuman bahkan pukulan akan menjadi penderitaan yang diterima anak didik.

Padahal sering kita lihat terkadang siswa cerdas secara akademik belum tentu menjadi jaminan sukses berkarir di masa yang akan datang.

Maka dari itu agar kita tidak terjebak menjadi guru yang menganggap murid kita layaknya televisi usang, ada beberapa hal yang harus kita lakukan sebagai guru.

1. Introspeksi diri

Sebagai guru sebaiknya kita sering-sering melakukan introspeksi diri jika pelajaran kita tidak di terima murid dengan baik, jangan pernah langsung menyalahkan murid.

Mungkin ada yang salah dengan metode mengajar kita, mungkin juga kurang cintanya kita dengan pekerjaan kita. 

Begitu banyak kemungkinan yang terjadi jika siswa kurang bisa menerima pelajaran kita, maka jalan terbaik sering-sering instrospeksi diri mencari penyebab dan secepatnya mengatasinya.

2. Terus Tingkatkan Kompetensi Diri

Guru hebat tidak akan pernah berhenti belajar, sebagai guru mari kita terus memperbaiki diri dengan terus mengupgrade pengetahuan kita sehingga upaya kita mencerdaskan anak bangsa bisa terjadi.

Jangan pernah terus bertahan dengan kemampuan yang kita miliki, perubahan begitu cepat termasuk perkembangan dalam dunia pendidikan jangan sampai siswa kita lebih pintar dari kita.

Mengikuti pelatihan, belajar dari berbagai media bisa kita lakukan, segala kemudahan akan kita dapatkan jika kita mau berusaha untuk terus mengembangkan diri dan meningkatkan kompetensi diri kita.

3. Jadilah Teladan Yang Baik

Kita sebagai guru menjadi teladan bagi setiap anak didik kita, bagaimana sikap kita tanpa kita sadari akan selalu di contoh anak didik kita.

Maka jadilah teladan yang baik, perbaiki sikap dan tingkah laku kita karena sorot mata anak-anak akan merekam setiap perbuatan kita dan menjadi referensi yang akan diperbuatnya dalam kehidupan sehari-hari.

***

Maka mari kita sebagai guru lebih mendalami profesi kita dan memahami kondisi setiap anak didik kita.

Setiap peserta didik memiliki bakat yang dimiliki masing-masing, mari kita tuntun untuk mengembangkan bakat yang dia miliki.

Kita memimpikan siswa-siswi kita ibarat pohon yang rindang berbuah manis di masa yang akan datang, siswa yang memiliki prestasi dan berguna bagi Nusa dan bangsa.

Siswa yang mampu membanggakan orang tua serta siswa yang memiliki akhlak yang mulia memberikan kebaikan dimanapun dia berada kelak.

Semoga tulisan ini menjadi bahan renungan bagi saya pribadi dan rekan-rekan guru hebat tanah air, amin.

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun