Setiap bulan ramadhan akan ditutup nantinya dengan hari kemenangan yaitu hari raya idul Fitri. Hari kembalinya insan yang beriman kembali bersih setelah setelah mensucikan diri berpuasa sebulan lamanya.
Idul Fitri identik dengan suasana baru begitu juga baju lebaran akan menjadi tradisi setiap keluarga akan memakai baju baru istilahnya baju hari raya.
Menyambut hari kemenangan dengan pakaian baru menjadi kebanggaan tersendiri dan sudah menjadi kesenangan bagi usia anak-anak akan menanti idul Fitri dari malam kumandang takbir berbunyi hingga menjelang pagi begitu dinanti.
Teringat masa yang silam saya masih duduk di bangku SMP masa itu keadaan ekonomi negara lagi berguncang akibat reformasi yang terjadi di negeri ini. Konflik politik masa itu memberikan dampak ke berbagai sektor termasuk krisis ekonomi.
Begitu juga dalam ekonomi keluarga kami delapan bersaudara hidup dengan orang tua tunggal seorang Ibu yang tegar berjuang sendirian karena di tinggal meninggal oleh suami atau ayah kami tercinta.
Kesulitan masa itu begitu terasa jangankan berfikir untuk membeli baju hari raya untuk makan sehari-hari saja butuh pengaturan yang pas agar semua kebagian untuk mendapatkan makan.
Kisah pilu masa itu saat lebaran tiba dimana tetangga bersuka ria dengan baju lebaran serba baru sedangkan saya hanya bisa melihat sedikit menunduk dengan tatapan hati yang pilu.
Dibalik kesedihan yang mendalam beruntung rasanya memiliki orang tua yang luar biasa, menguatkan hati dengan berbagai cara dan paling di ingat masa itu kain sarung baru di berikan ibunda dengan ucapan ayo kita shalat idul Fitri kata ibunda tercinta yang begitu membuat tenang bathin ini.
Saat khutbah berkumandang Khotib mengulas bagaimana cara terbaik kaum muslimin menyambut lebaran idul Fitri, idul Fitri menjadi hari kemenangan bagi orang beriman yang puasanya dilakukan sebulan penuh dengan ketakwaan, ibadah sholat yang di jalankan baik wajib maupun sunat saat bulan ramadhan.
Orang-orang yang berhasil memaksimalkan setiap detik waktu di bulan ramadhan untuk beribadah inilah orang-orang yang berhak merayakan kemenangan di saat hari raya tiba mengumandangkan takbir kemenangan dan menyempurnakan keimanan dengan saling memaafkan.
bukan sekedar baju baru untuk berlebaran dan berfoya-foya mengabiskan uang dan mengharapkan tunjangan hari raya dari orang-orang yang sudah bekerja padahal saat bulan ramadhan tidak berpuasa dan malas beribadah.
Kisah pilu beberapa tahun silam menjadi pelecut semangat untuk terus berjuang dan tak ingin berada pada titik kesusahan seperti yang pernah di rasakan.
Masa silam yang sakit bila di ingat sedih bila di lupakan. menjadi kisah pertama dan terakhir yang ku alami, hingga saat ini syukur kepada Allah begitu banyak nikmat rezeki yang telah di berikannya.
Semoga kisah ini menjadi pelecut semangat kita untuk berbagi, mari jadikan momentum idul Fitri hari raya nantinya menjadi sarana kita melihat kiri dan kanan tetangga kita, saudara sanak famili, jika ada yang kesusahan mari kita bantu agar kebahagian hari kemenangan bisa kita nikmati secara bersamaan.
Jangan pernah bergembira di hari raya sementara sekeliling kita begitu banyak orang yang bersedih meratapi kepedihan penderitaan mereka.
salam ramadhan penuh berkah semoga bermanfaat, amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H