Mohon tunggu...
Budi idris
Budi idris Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis Buku, Blogger inspiratif

Dengan tulisan mari berkarya dan berprestasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Stockholm Syndrome dalam Politik

5 April 2022   16:23 Diperbarui: 5 April 2022   16:49 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: DinamikaKepri.com

Kepentingan politik terkadang bisa mengesampingkan akal sehat seperti yang sering di katakan pengamat politik bung Roky gerung.

Istilah dalam politik tidak ada teman yang abadi, yang ada teman dengan kepentingan yang sama.

Dalam politik hari ini kawan besok bisa menjadi lawan begitu juga sebaliknya. 

Dalam dunia perpolitikan terkadang banyak istilah-istilah yang membuat kita sedikit lucu jika mendengar arti dan maknanya.

Ada satu istilah lama yang sepertinya juga sesuai jika kita masukkan kedalam istilah politik yaitu Stockholm Syndrome.

Arti asli dari istilah Stockholm Syndrome berdasarkan Wikipedia adalah reaksi psikologis yang ditandai oleh rasa simpatik atau kasih sayang yang muncul dari korban penculikan terhadap pelaku. 

Stockholm Syndrome muncul sebagai mekanisme pertahanan diri yang bisa dilakukan secara sadar atau tidak sadar oleh korban. 

Dalam dunia politik istilah ini sering di gunakan ini oleh orang-orang yang ingin dekat dengan kekuasaan, Dimana kadang kala orang tersebut memuji si pemegang kekuasaan untuk mendapatkan simpati padahal secara pilihan politik dari awal sudah berbeda atau tidak sejalan.

Sekalipun pada faktanya kebohongan yang selalu di ungkapkan oleh si penguasa hal itu akan menjadi sesuatu yang begitu indah untuk di puji orang yang menderita Syndrome tersebut.

Berbagai tempat di tanah air juga banyak istilah yang sama artinya dengan Stockholm Syndrome seperti di daerah tempat saya tinggal Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Provinsi Sumatera Utara ada istilah "panglima talam" atau istilah lainnya "penjilat" terhadap penguasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun