Mohon tunggu...
Budi Riyanto
Budi Riyanto Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan Swasta

Saya adalah orang biasa, yang selalu ingin belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenuh Hati

12 Desember 2022   08:14 Diperbarui: 12 Desember 2022   09:04 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kicau burung terdengar di sudut rumahku, riang terasa dalam menyambut mentari pagi. Udara lembab bekas hujan semalaman sangat terasa saat aku melangkahkan kaki keluar pintu. sejuk dan segar rasanya pagi ini. Aktivitasku pagi ini masih sama seperti beberapa minggu belakangan ini, kunjungan afdeling untuk menyampaikan materi pelajaran dan tugas ke rumah-rumah siswa. 

Entah kapan aku bisa mengajar di sekolah, melihat siswa saling bercengkeraman dan mendengar suara riuh mereka saat bel pulang terdengar menggema. ya, semua itu karena virus covid-19 yang masih merajalela di seluruh wilayah. Selesai mandi aku memakai seragamku, ku siapkan semua materi dan keperluanku dalam kegiatan mendamping siswa belajatr di rumah. Motorku sudah terparkir di depan dan siap kugunakan menjelajahi jalan latrit. Gerimis kembali teras saat aku melangkahkan kaki menuju kendaraanku. Sungguh miris, pasti akan mengganggu kegiatan kunjunganku.

Kulihat jam di tanganku tepat pukul 7 pagi. Aku langsung bergegas mengambil tas, kemudian ku memasukan buku dan kertas-kertas tugas untuk siswaku ke dalam plastik. Ku ambil ponselku dari meja kerja kemudian berangkat menerjang hujan memakai jas hujan dan menaiki mototrku. Aku berjalan menyusuri jalan latrit yang licin dan berlumpur. 

Saat aku sampai dibagian jalan yang rusak parah dan sepertinya tak dapat dilalui motorku., aku benar-benar bingung. tanpa pikir panjang dengan dengan kalang kabut ku cari siapapun yang lewat dengan truk agar aku mendapat tumpangan untuk menyeberangi jalan terjal ini. Di benankku kala itu benar-benar kacau, pasti aku  akan terlambat. 

Dapat! Aku melihat sebuah truk berjalan ke arahku. Tanpa pikir panjang segera ku lambaikan tanganku, pertanda meminta tumpangan untuk melewati jalan ini. Untunglah ke dapatkan pertolongan dari seorang sopir yang baik hati ini. Saat aku hendak menaiki truk, ku dengar suara seseorang yang aku kenal memanggilkuku. Entah kenapa dia menatapku dengan terheran-heran. aku menoleh dan tergesa ku katakan "Aku sedang buru-buru.

Ketika aku sampai di tempat tujuanku, jalan sudah tak begitu rusak parah. Jembatan dapat ku lalui dengan mudah. aku turun dari truk, dan ku ucapkan terima kasih pada pak sopir. dengan susah payah aku sampai tujuanku. tapi aku tak boleh mengeluh, aku harus tetap semangat untuk terus mengajar. langsung dengan sedikit berlari, aku memanggil siswa-siswaku yang sudah berkumpul di gazebo menantikan kedatanganku. Proses pembelajaran berlangsung, meski di tempat yang terasa kurang nyaman untuk belajar anak-anak, namun dengan kesederhanaan dan ke adaan yang memang mengharuskan tetap belajar. Kami sama-sama menikmati dan bersyukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun