Mohon tunggu...
Budi Kasmanto
Budi Kasmanto Mohon Tunggu... Penulis - Pendeta - Penulis - Jurnalis

Sejak 1994 bekerja sebagai pendeta di Bali. Tahun 2020-2022 menjadi pendeta di Manokwari, Papua Barat. Sejak Oktober 2023 menjadi pendeta di Jayapura, Papua. Bukunya berjudul "Panggilan Berkhotbah" diterbitkan oleh Penerbit ANDI Yogya. Sejak 2012 menjadi jurnalis Majalah Suara Baptis.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masuk Gereja Cuci Noda Politik Identitas?

26 September 2022   10:01 Diperbarui: 26 September 2022   10:17 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kredit Foto: Istimewa - populis.id

Dalam tulisannya Roedy menanggapi Freddy Mutiara yang menulis tentang Anies Baswedan telah meneladani Kristus. Roedy mengatakan bahwa dengan perkataannya itu Freddy bisa dianggap melakukan penistaan agama. Lagi Roedy berkata, kalau Freddy memang merasa perlu menjilat Anies Baswedan, silakan saja tapi jangan menggunakan Yesus untuk melakukan hal tersebut.

Dan mengenai penobatannya sebagai Bapak Kesetaraan Indonesia, Ricke Senduk dalam Seide.id menulis opini dengan judul "Anies Bapak Kesetaraan Indonesia ??"

Ricke menulis antara lain, "Kalau setelah dapat dana lalu memuji-muji, bahkan menjilat pun masih dimaklumi. Tapi kalau karena dapat jatah Boti lalu mengklaim semua berita tentang Anies tidak benar karena Anies seorang nasionalis, pluralis, itu sudah menjual kebenaran."

Indonesia bukan hanya sebesar Gereja Pentakosta, tulis Ricke, dan agama bukan hanya Kristen Pentakosta doang. Kristen saja ada banyak. Belum lagi Katholik, Islam, Budha, Hindu dan lainnya. Silahkan saja kalau Pentakosta mau menobatkan Anies sebagai "Bapak Kesetaraan Gereja Pentakosta," tidak usah bawa-bawa Indonesia.

Dilihat dari sisi gereja, tentu saja Anies tidak layak mengenakan stola karena ia bukan pendeta atau pejabat gereja. Ia juga tidak layak disebut telah meneladani karakter dan ajaran Yesus Kristus, karena bahkan tidak seorang pun pemimpin gereja yang merasa layak disebut telah meneladani karakter dan ajaran Yesus. Terakhir, Anies lebih tidak layak disebut Bapak Kesetaraan Indonesia. 

Apakah dia telah mendamaikan atau menyetarakan kelompok pendukungnya dengan kelompok-kelompok korban politik identitas yang dimainkannya?

Semua yang kelihatan seperti pujian tersebut di atas, ternyata hanya pujian kosong. Para pemimpin gereja tersebut telah nge-prank Anies dengan memberikan sesuatu yang tak bermakna.

Rupanya dengan menerima pujian para pemimpin gereja tertentu tersebut Anies telah melakukan blunder. Bukan citra baik yang diperolehnya, malahan citra negatif di lingkungan gereja, yang mungkin justru akan memperberat langkahnya menjadi capres 2024.

Jadi usaha Anies mencuci noda politik identitas dengan masuk gereja ternyata sia-sia. Ia hanya mendapat puja-puji palsu dari beberapa pemimpin gereja yang tentu saja tidak berhak mewakili seluruh gereja-gereja di Jakarta apalagi di Indonesia.

(Budi Kasmanto)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun