Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waspada, Alarm Ancaman Terorisme Masih Ada

10 Agustus 2024   08:01 Diperbarui: 10 Agustus 2024   08:12 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Organisasi terror Jamaah Islamiyah (JI) telah bubar beberapa waktu lalu. Para petingginya resmi membubarkan dan memilih Kembali ke negara kesatuan republik Indonesia (NKRI). Meski sudah bubar, ideologi ini nyatanya tidak sepenuhnya bubar. Densus 88 terus saja melakukan penangkapan demi penangkapan, terhadap masyarakat yang diduga berafiliasi dengan kelompok terror di Indonesia. Penangkapan tersebut umumnya juga terkait perencanaan aksi teror yang akan dilakukan.

Beberapa waktu lalu, Densus 88 menangkap RJ dan AM di Jakarta Barat pada 8 Agustus 2024. Sebelumnya, Densus juga menangkap 5 terduga teroris di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa ancaman terorisme di Indonesia itu masih ada, meski organisasi JI sudah tidak ada. Mereka terus melakukan propaganda di media sosial, dan merekrut anggota baru, serta menyebarkan paham ekstrimisme. Media sosial telah disalahgunakan menjadi alat propaganda mereka.

Akibat penyalahgunaan penggunaan teknologi tersebut, tidak sedikit dari anak-anak muda yang banyak beraktifitas di media sosial menjadi korban. Apalagi jika informasinya direduksi sedemikian rupa, lalu diselipkan ayat-ayat suci yang diartikan secara salah, membuat sebagian orang menjadi percaya. Ketika sudah ada kepercayaan itu muncul, lalu dihembuskan provokasi untuk melakukan tindakan intoleran atau radikal. Disinilah potensi konflik itu kemudian muncul.

Indonesia memang merupakan negara yang tingkat keberagamannya sangat tinggi. Indonesia mempunyai keragaman suku, agama, bahasa dan budaya. Keragaman di tengah masyarakatnya itulah yang berpotensi memunculkan perbedaan pandangan, perbedaan keyakinan, perbedaan latar belakang, perbedaan pola pikir dan perbedaan yang lainnya. Disisi lain, mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama Islam, seringkali dijadikan dasar kelompok radikal untuk membenturkan propaganda mereka dengan isu agama.

Dengan penggunaan media sosial sebagai alat propaganda ini, menunjukkan bahwa kelompok ini pada dasarnya melek teknologi. Mereka juga mengikuti dinamika perkembangan zaman yang ada. Pola pergerakannya pun juga semakin canggih dan kompleks. Hal inilah yang harus menjadi perhatian bersama. Karena tantangannya tentu tidak mudah untuk memberantas paham radikal, yang menjadi cikal bakal tumbuhnya ideologi terorisme di Indonesia.

Meski tahun lalu, tidak ada aksi teror di Indonesia, bukan berarti Indonesia sudah bebas teror. Karena keberhasilan dalam memerangi terorisme, tidak bisa diukur dari berapa banyak aksi teror yang berhasil dilakukan atau digagalkan. Tapi sejauh apa seluruh warganya bisa berkomitmen untuk terus menebarkan pesan damai. Sejauh apa masyarakatnya bisa saling menghargai dan menghormati antar sesama. Karena perbedaan yang selama ini dipersoalkan kelompok radikal, sejatinya bukanlah persoalan. Karena Tuhan menciptakan bumi dan seisinya ini penuh dengan keberagaman. Karena itulah keberagaman yang ada harus disyukuri dan harus dihahargai.

Indonesia menjadi negara besar karena keberagaman yang ada. Indonesia menjadi negara yang damai, karena rasa saling menghargai dan menghormati, yang telah ada dalam budayanya. Dan Indonesi tumbuh menjadi negara kuat, karena persatuan dan kesatuan yang selalu dijunjung tinggi. Bahwa dalam perjalanannya tidak selalu berjalan dengan mulus, menjadi dinamika yang harus kita hadapi bersama. Karena itulah, mari terus tingkatkan kewaspadaan untuk mencegah menyebarnya paham radikal di media sosial. Salam literasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun