Beberapa hari yang lalu, seorang perempuan berkerudung masuk ke Mabes Polri dengan membawa airgun, yang diduga akan membuat teror. Setelah menodongkan pistolnya ke petugas, perempuan ini langsung mendapatkan tembakan petugas. Perempuan berusia 25 tahun ini bernama Zakiah Aini. Dikenal sebagai pribadi yang pendiam. Latar belakang keluarganya pun cukup sederhana. Ayahnya seorang buruh harian, sedangkan ibunya merupakan tukang jahit. Polisi menjelaskan bahwa ZA terpapar radikalisme di dunia maya. Sejauh ini, menjadi simpatisan ISIS dan tidak tergabung dengan kelompok jaringan teroris di Indonesia.
Jika tidak tergabung dalam kelompok teroris, kenapa dia berani menerobos Mabes Polri dengan airgun? Kenapa pula dia menodongkan senjata tersebut ke petugas? Tentu hal ini tidak bisa dilihat secara berdiri sendiri. Pasti ada sebab musababnya, sampai akhirnya membuat perempuan yang cenderung tertutup dan pendiam ini, berani menodongkan pistol di Mabes Polri.
Memang bukan hal yang baru lagi, terpapar radikalisme melalui dunia maya. Umumnya, orang semacam ini ingin mempelajari agama secara benar. Namun, karena mereka belajar sendiri, seringkali salah mencari guru, salah mencari referensi, dan salah dalam memahaminya. Ini juga membuktikan, bahwa belajar tanpa guru, bisa menjadi pribadi yang menyimpang. Ingat, banyak sekali situs-situs keagamaan yang tidak benar dalam mengajarkan nilai-nilai keagamaan. Banyak sekali ceramah atau dakwah di media sosial, seringkali mereduksi pengertian ayat tertentu, untuk menjelekkan orang lain, menebar kebencian, bahkan menebar provokasi untuk melakukan jihad.
Sejak kemunculan ISIS, kelompok ini memang sangat aktif di media sosial untuk menyebarkan propaganda dan provokasi secara digital. Mereka telah mengikuti perkembangan zaman, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Bahkan, proses perekrutan, pencarian dana juga banyak dilakukan secara online. Jika dulu untuk melakukan baiat, diperlukan waktu yang lama dan tempat yang sangat rahasia, kini baiat bisa dilakukan secara virtual di rumahnya masing-masing. Terbukti, Zakiah Aini, adalah salah satu dari sekian banyak korban yang terprovokasi pesan menyesatkan di dunia maya.
Seringkali disebutkan jika melakukan jihad di dunia, maka ketika mati akan masuk surga. Akan dijemput bidadari cantik dan segala macamnya. Apakah aganggapan itu benar? Tentu saja salah. Karena yang berhak menentukan seseorang masuk surga atau neraka adalah Allah SWT. Begitu juga dengan anggapan kafir atau tidak, sesat atau tidak, merupakan sepenuhnya kewenangan Allah SWT. Manusia sama sekali tidak mempunyai hak untuk menyatakan seseorang dengan predikat sesat atau kafir. Jika ada tokoh masyarakt, tokoh agama, atau tokoh publik seringkali mengatakan hal tersebut, lebih baik tidak usah didengarkan.
Provokasi jihad di dunia maya tidak boleh dianggap remeh. Sudah banyak masyarakat yang menjadi korban. Menjadi tugas kita untuk membersihkan media sosial dari segala pesan negative. Menjadi tugas kita bersama untuk menyebarkan pesan perdamaian, dan inspirasi bagi semua pihak. Ingat, jangan bawa-bawa agama untuk kepentingan yang tidak baik. Jangan pula mereduksi ayat suci dan disebarluaskan untuk kepentingan yang tidak baik. Mari perkuat literasi, agar bisa terhindar dari segala bentuk provokasi. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H