Meski di tengah pandemi covid-19, penerimaan mahasiswa baru masih tetap berjalan. Penting kiranya bagi perguruan tinggi, untuk tidak mengabaikan potensi masuknya paham intoleransi dan radikalisme berkembang di lingkungan kampus.Â
Jika melihat dari tren sebelumya, seringkali kelompok intoleran ini memanfaatkan momentum penerimaan mahasiswa baru, untuk menyebarkan propaganda radikalisme di lingkungan kampus. Tanpa disadari, organisasi yang sempat dibubarkan oleh pemerintah seperti HTI, terkadang seringkali memanfaatkan momentum ini.
Pihak kampus harus terus mewaspadai potensi penyusupan ini. Banyak motivasi para mahasiswa baru ini ketika pertama kali masuk ke kampus. Ada yang sekedar untuk menuntut ilmu, untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, untuk menambah pergaulan dan wasasan, dan masih banyak lagi.Â
Ragamnya motivasi itulah yang menuntut para generasi muda ini berusaha untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Segala informasi dan hal baru, pasti akan dicoba, dirasakan, dipelajari dan dipahami.
Untuk mengobati rasa ingin tahu inilah, para mahasiswa baru ini akan bergaul dengan siapa saja. Dalam pergaulan dan interaksi itulah seringkali kelompok intoleran mulai menyusupkan bibit intoleransi dan radikalisme.Â
Caranya bermacam-macam. Ada yang melalui kelompok studi, ada yang melalui organisasi ekstra kampus, ada yang melalui kelompok musik, ada yang melalui kos-kosan, dan masih banyak lagi.
Dalam beberapa tahun kebelakang, banyak kajian atau penelitian yang mengatakan kampus sering digunakan untuk menyebarkan propaganda radikalisme.Â
Terbukti, salah satu kampus negeri di Indonesia pernah dijadikan tempat deklarasi dukungan mahasiswa terhadap khilafah, yang diadopsi oleh kelompok radikal. Kelompok ini pun akhirnya dibubarkan oleh pemerintah.
Beberapa waktu yang lalu, kelompok yang kurang lebih sama, mencoba menunjukkan eksistensinya dengan mencoba mengusung kembali konsep khilafah, melalui media film yang disiarkan melalui media sosial.
Pola yang sama tidak menutup kemungkinan akan disusupkan melalui perguruan tinggi. Dengan dalih mempelajari sejarah, paham yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila itu dikenalkan ke para mahasiswa. Dengan dalih kebebasan untuk mendapatkan informasi, paham yang menyesatkan itu disebarluaskan.
Mari tingkatkan kewaspadaan bersama. Mari para orang tua terus mengingatkan dan membekali anak-anaknya, agar menguatkan literasinya, menguatkan pemahaman agamanya, dan pemahaman kebangsaan.