Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kita adalah Indonesia, Stop Politik Identitas dan Provokasi di Dunia Maya

7 November 2019   07:13 Diperbarui: 7 November 2019   07:13 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Satu - kompas.com

Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam banyak suku, agama, dan bahasa. Indonesia mempunai banyak propinsi, yang mengandung berbagai macam karakter latar belakang yang berbeda. Budaya masyarakat Aceh, dengan Sulawesi, Jawa, ataupun Papua, saling berbeda satu dengan yang lainnya. Keragaman yang ada di dalam Indonesia ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada kita semua. Sepanjang kita bisa menyikapi secara positif, keragaman itu akan membuat Indonesia semakin besar, indah, nyaman dan tenteram.

Jauh sebelum Indonesia merdeka, budaya kedaerahan masing-masing suku ini masih sangat kuat. Bahkan ketika perjuangan merebut kemerdekaan, sempat sulit diwujudkan karena masing-masing daerah masih punya ego yang sangat kuat. Politik adu domba yang dilakukan penjajah ketika itu, membuat masyarakat saling mencurigai, tidak percaya antar sesama, bahkan tidak sedikit yang saling bunuh satu dengan yang lainnya.

Saat ini, budaya yang hampir kembali terjadi. Maraknya propaganda radiklalisme telah memunculkan ujaran kebencian di dunia nyata ataupun dunia maya. Maraknya ujaran kebencian inilah membuat antar teman bisa saling membenci, antar tetangga bisa tidak saling bertegur sapa, antar saudara bisa saling mengedepankan ego masing-masing.

Dalam kondisi yang tidak stabil itulah, propaganda radikalisme terus masuk. Akibatnya, tidak sedikit dari masyarakat yang menjadi korban provokasi dan propaganda radikalisme. Tidak sedikit pula yang melakukan aksi teror, setelah terus menerus terpapar radikalisme melalui dunia maya.

Akibat provokasi kebencian itulah, kerukunan dan toleransi yang selama ini kita jalankan, terancam terganggu. Politik identitas terus menguat, primordialisme kembali menguat. Sentimen SARA beberapa kali dimunculkan, sampai akhirnya berdampak pada korban jiwa. Kasus yang menimpa Papua belakangan, merupakan bentuk sentimen SARA yang sengaja diprovokasi melalui dunia maya.

Jika hal ini terus dibiarkan, provokasi demi provokasi akan terus bermunculan dan berpotensi membuat antar masyarakat saling menebar kebencian, salin provokasi, persekusi dan intimidasi satu dengan yang lain.

Mari kita introspeksi. Jika provokasi ini terus dibiarkan, tentu perpecahan akan menghampiri kita semua. Mari belajar dari era kemerdekaan. Ketika perjuangan dilakukan secara serentak, penjajah tidak bisa masuk dan berhasil di usir dari bumi Indonesia. Ketika persatuan dan kesatuan berhasil dipegang, maka kekuatan yang muncul pun adalah kekuatan yang sesungguhnya.

Begitu juga dengan saat ini. Masyarakat harus saling berdampingan, bergandengan tangan, dan jangan saling menebar kebencian. Ingat, kita semua pada dasarnya berbeda. Karena itulah, Allah SWT menganjurkan kepada seluruh umat manusia, untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya.

Tidak ada gunanya, saling mengklaim mayoritas minoritas. Tidak gunanya mengatakan pribumi non pribumi atau Jawa non Jawa. Semua mempunyai kedudukan yang sama, hak dan kewajiban yang sama. Karena itulah, saling menghargai, menghormati, dan tolong menolong merupakan kenicayaan yang harus dijalani. Karena itulah stop politik identitas, stop provokasi, stop hate speech. Kita adalah Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun