Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Era Milenial Perlu Pendidikan Karakter Penangkal Radikalisme

29 April 2019   07:28 Diperbarui: 29 April 2019   07:38 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semua orang tentu sepakat, bahwa pendidikan karakter sejak dini sangat penting. Kemajuan teknologi telah membuat banyak pengaruh dari luar masuk ke Indonesia. Mulai dari gaya berpakaian, ilmu pengetahuan, hingga berbagai pandangan apapun bisa kita akses dengan mudah. Semuanya itu terbantukan setelah kemajuan teknologi informasi telah membuat semuanya menjadi mudah. 

Hanya dengan menggunakan smartphone, informasi apapun yang kita inginkan bisa kita dapatkan. Karena itulah, banyak pihak-pihak yang tak bertanggung jawab, juga memanfaatkan kemajuan teknologi ini, untuk menyebarkan pesan-pesan negative. Salah satunya adalah propaganda radikalisme.

Penyebaran paham kekerasan melalui dunia maya, membuat banyak orang terpapar paham kekerasan ini. Hal yang paling sederhana misalanya, penyebaran berita bohong dan hate speech di media sosial, telah membuat banyak orang menjadi pemarah, tidak logis, dan begitu mudah melakukan tindakan persekusi hingga aksi terorisme. Semua itu menyebar dengan mudah melalui kecanggihan teknologi. Pada titik inilah perlu cara yang efektif untuk menangkalnya.

Salah satu cara yang efektif untuk melakukan penangkalan adalah penguatan pendidikan karakter sejak dini. Dan penguatan karakter ini, harus dilakukan oleh semua pihak. Mulai dari level keluarga, sekolah, tempat bekerja hingga lingkungan perkantoran dan pemerintahan. Semuanya harus mempunyai tujuan yang sama. 

Karena kelompok radikal terus menyasar generasi muda, anak-anak kita yang kelak akan menjadi penerus keluarga dan bangsa. Apakah kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi generasi radikal, yang mudah membenci dan melakukan tindakan intoleran kepada orang lain? Jika kita tidak ingin membiarkan anak-anak terpapar radikalisme, saatnya melakukan penguatan pendidikan karakter di era milenial ini.

Tentu, perlu cara yang efektif untuk menguatkan pendidikan karakter di era milenial ini. Sudah bukan hal yang aneh, di era milenial ini anak-anak lebih nyaman bergelut dengan game di smartphone dari pada bermain dengan teman-temannya. 

Kita harus memberikan porsi yang tepat, kapan kita memberi kesempatan anak untuk bermain game, dan kapan untuk berinteraksi dengan teman, tetangga dan saudara. Kemajuan teknologi memang tak bisa dihindari, tapi mempertahankan silaturahmi antar sesama, juga tak bisa dilupakan.

Selain silaturahmi, saling menghargai antar sesama juga harus tetap diutamakan. Ingat, kita tinggal di negara dengan tingkat keberagaman sangat tinggi. Indonesia mempunyai banyak suku dengan adat istiadat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tidak hanya adat, budaya, bahasa dan agama pun mungkin juga bisa saling berbeda. 

Karena negara kita sangat toleran, dan nenek moyang mengajarkan bagaimana cara bertoleransi, semestinya generasi milenial juga melakukan hal yang sama. Bahkan ketika Islam, agama terbesar di Indonesia, juga menghargai agama dan budaya lokal ketika masuk ke Indonesia. Muncullah kemudian akulturasi antara Islam dengan Hindu, Islam dengan Jawa, Islam dengan Kristen dan lain sebagainya.

Untuk itulah, penguatan pendidikan karakter kalangan milenial menjadi keniscayaan terutama sebagai benteng untuk memfilter nilai, pandangan dan sikap intoleransi dan radikalisme yang dapat mengarah pada kekerasan dan terorisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun