Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lawan Hoax Rawat Persaudaraan Antar Sesama

27 Maret 2019   07:44 Diperbarui: 27 Maret 2019   07:46 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lawan Hoax - SuaraDewata.com

Mendekati perhelatan politik pemilihan presiden dan wakil presiden ini, konstelasi politik nasional kian memanas. Timses terus memutar otak, agar paslon yang didukung bisa mendapatkan dukungan dari semua pihak. 

Sayangnya, dalam masa kampanye ini seringkali ada saja pihak-pihak yang sengaja memunculkan berita bohong alias hoaks. 

Bahkan tak jarang hoax tersebut berhubungan dengan paslon yang akan bertarung dalam pilpres ataupun pileg. Tujuannya tak lain tak bukan untuk menaikkan atau menjatuhkan elektabilitas pasangan calon.

Penggunaan hoaks untuk mendapatkan dukungan publik, ini tentu sangat disayangkan. Karena seringkali diselipkan sentimen SARA didalamnya. Akibatnya, potensi terjadinya konflik di tengah masyarakat bisa muncul sewaktu-waktu. 

Terbukti, dalam kontestasi pilkada tahun kemarin, begitu besar potensi konflik hanya karena provokasi di media sosial. Bahkan ada juga konflik di masyarakat hanya karena terprovokasi oleh berita yang salah di media sosial.

Keberadaan hoaks ini memang menjadi musuh utama di era milenial ini. Hoaks telah menyusup dalam setiap lini kehidupan masyarakat melalui kecanggihan teknologi. 

Media sosial yang selama ini dimanfaatkan sebagai ruang beriteraksi, berbagai dan berekspresi, telah berubah menjadi tempat untuk saling membenci dan mencaci. 

Media sosial juga telah menjadi media penyebaran pesan-pesan kebencian dan bibit intoleransi. Tak heran jika banyak generasi muda yang terpapar bibit intoleransi dan radikalisme dari media sosial. 

Sementara bibit radikalisme inilah yang bisa membuat seseorang berpotensi melakukan aksi-aksi terorisme.oleh juga kita berbeda ideologi.

Jika kita lihat kondisi yang terjadi saat ini, banyak yang menebar kebencian karena kepentingan politik. Banyak yang menebar kebohongan, hanya untuk menjatuhkan atau menaikkan elektabilitas. 

Bahkan ada juga yang melakukan persekusi, hanya karena terprovokasi oleh informasi yang belum tentu kebenarannya. Semuanya itu sebenarnya tidak perlu terjadi, karena tidak budaya saling membenci, saling mencaci ataupun saling persekusi di Indonesia.

Indonesia dalah negara damai. Jangan biarkan kedamaian dan keindahan di dalamnya rusak hanya karena termakan oleh informasi yang tidak benar. Indonesia adalah negara yang penuh dengan perbedaan dan keanekaragaman suku dan budaya. 

Konsekwensi dari keragaman itulah, yang kemudian melahirkan perbedaan keyakinan, perbedaan ideology, perbedaan latar belakang dan lain sebagainya. 

Namun, keragaman itu pada dasarnya membuat Indonesia semakin kaya. Membuat Indonesia semakin dewasa. Sayangnya, belakangan ini keragaman itu justru seringkali dianggap oleh kelompok tertentu, sebagai sumber persoalan.

Mari kita saling membekali diri dengan literasi, ilmu pengetahuan dan ajaran agama yang benar. Jangan sampai kita saling membenci hanya karena keragaman tersebut. Jangan sampai kita saling membenci, hanya karena perbedaan keyakinan. 

Ingat, kita semua bersaudara. Bahkan, karena manusia itu pada dasarnya berbeda satu dengan yang lain, Tuhan meminta kepada kita semua, untuk saling mengenal satu dengan yang lain. 

Jika memang demikian, buat apa kita saling membenci, mencaci, dan persekusi? Lebih baik kita mengedepankan persaudaraan demi terciptanya silaturahmi.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun