Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penguatan Pendidikan Karakter, Hilangkan Bibit Radikal Pelajar

25 Februari 2019   12:42 Diperbarui: 25 Februari 2019   12:55 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini perkelahian antar remaja terus bermunculan. Bahkan tidak sedikit dari peristiwa tersebut memakan korban jiwa. 17 Januari 2019 lalu, 83 pelajar terjaring dalam tawuran antar pelajar di Tangerang. Beberapa hari kemudian, 22 Januari 2019, tawuran kembali terjadi di Depok, Jawa Barat. Tawuran pelajar SMP ini terjadi di bukit Barisan Kelurahan Limo, Depok, Jawa Barat. Tawuran ini melibatkan empat sekolah, 3 siswa kritis karena terkena bacok. 31 Januari 2019, tawuran pelajar di Magelang, Jawa Tengah menyebabkan 1 orang tewas karena senjata tajam.

Fenomena tawuran antar pelajar ini memang membuat kita semua miris. Suka tidak suka, fenomena tawuran ini akan memperkuat bibit negative di kalangan remaja. Tawuran jelas jauh dari nilai-nilai kearifan lokal yang ada. Karena tawuran justru mendekatkan diri pada praktek intoleransi dan radikalisme. Membiarkan diri dikuasai amarah, jelas keputusan yang salah. Ingat, jihad yang sesungguhnya adalah perang melawan hawa nafsu. Pada titik inilah, menjauhkan diri dari amarah dan tawuran, merupakan jihad yang sesungguhnya di era milenial ini.

Untuk meredam fenomena tawuran antar pelajar ini, diperlukan komitmen semua pihak untuk menghilangkan dari budaya remaja. Semua pihak ini bisa dimulai dari keluarga, sekolah, hingga pemerintah. Para remaja yang masih dalam proses pencarian jati diri ini, harus diarahkan dan difasilitasi dengan praktek yang positif. Keluarga harus memberikan perhatian yang cukup ke anak-anaknya. Tayangan di televisi, film ataupun tayangan di media sosial, juga harus memberikan inspirasi bukan provokasi.

Sebagai generasi penerus bangsa, semestinya tidak membiarkan dirinya masuk dalam jurang provokasi. Seperti kita tahu, saat ini banyak sekali provokasi dan ujaran kebencian yang merebak di dunia maya, seringkali melahirkan banyak korban. Ada juga remaja yang menjadi penyebar hoax dan kebencian, ada  yang menebar provokasi, bahkan ada juga yang menjadi simpatisan kelompok radikal sampai akhirnya berani melakukan aksi teror di Indonesia.

Mari terus kita perkuat pendidikan karakter untuk generasi penerus ini. Apalagi era milenial telah membuat perkembangan informasi dan berbagai budaya luar negeri masuk ke Indonesia. Tanpa penguatan karakter yang kuat, generasi muda kita akan mudah menjadi generasi galau, yang mudah disetir oleh siapapun. Arahkan generasi muda kita menjadi generasi yang toleran, bukan generasi yang gemar tawuran. Karena tawuran justru  akan mendekatkan diri pada bibit intoleransi dan radikalisme. Tawuran juga akan menjauhkan diri dari pola pikir yang logis, saling menghargai dan menghormati. Yuk, perkuat pendidikan karakter sejak ini, agar generasi penerus tidak akan keluar dari karakter budaya Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun