Kemarin, 22 Oktober 2018, seluruh bangsa Indonesia memperingati hari santri nasional. Tentu bukan sembarangan juga pemerintah menetapkan hari santri nasional. Sejarah telah mencatat perjuangan santri begitu dahsyat di era kemerdekaan. Sejarah juga mencatat bagaimana peran santri dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan berbagai pertimbangan itulah, pemerintah kemudian menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri nasional.
Jika di era kemerdekaan, para santri turun ke medan perang melakukan jihad mempertahankan kemerdekaan, bagaimana dengan santri di 'zaman now' seperti sekarang ini? Tentu kondisi di era kemerdekaan dengan era milenial jauh berbeda. Penjajahan fisik sudah tidak ditemukan lagi, namun penjajahan secara ideologi mungkin masih bisa kita temukan.Â
Karena ideologi seseorang bisa menjadi radikal. Dan karena radikal seseorang bisa menjadi teroris. Karena radikalisme, kerukunan antar umat beragama bisa terganggu. Dan karena bibit radikalisme dan intoleransi itu, persatuan dan kesatuan bangsa bisa terancam. Untuk itulah, peranan santri di era milenial ini tentu harus menyesuaikan perkembangan zaman.
Era milenial semestinya menjadi era yang menyenangkan. Kemajuan teknologi telah membuat anak muda begitu senang dengan yang menamanya media sosial. Interaksi yang dilakukan di jagat maya ini, telah memberikan keriangan tersendiri. Namun, kemajuan teknologi tersebut juga telah disalahgunakan untuk penyebaran paham radikalisme.Â
Ketika memasuk tahun politik, media sosial mulai digunakan untuk menyebarkan berita bohong dan pesan kebencian. Jika kebencian ini terus dibiarkan, keragaman di negeri ini akan terganggu. Akan banyak orang yang mengatasnamakan ini itu, merasa diri dan kelompoknya paling benar, merasa mayoritas paling benar dan lain sebagainya. Pada titik inilah, diperlukan upaya semua pihak untuk meredam penyebaran kebencian di dunia maya.
Dalam peringatan hari santri, presiden Joko Widodo mengingatkan tentang persoalan masifnya penyebaran berita bohong ketika memasuki tahun politik. Masyarakat, termasuk para santri diminta lebih jeli dan hati-hati dalam menyikapi setiap informasi. Â Jangan mudah percaya terhadap berita bohong yang sengaja disebarkan oleh oknum tertentu.Â
Dan presiden juga menegaskan, merawat persatuan dan kebhinekaan jauh lebih penting dibandingkan menyebarkan hoaks. "Saya ingin mengingatkan, menyadarkan, bahwa negara kita NKRI adalah rumah yang perlu kita rawat dan kita jaga. Jangan sampai perbedaan itu memecah kita," katanya.
Dalam kontenks kekinian di tahun politik ini, ulama dan santri juga harus mampu memberikan pencerahan kepada umat. Bisa melalui dunia maya ataupun dunia nyata.Â
Santri merupakan bagian dari generasi milenial yang harus mampu mengaktualisasikan diri berdasarkan perkembangan zaman. Ulama dan santri harus mampu menjadi pengingat, bahwa intoleransi dan radikalisme tidak sesuai dengan karakter bangsa. Dunia maya harus segera dicerahkan dengan pandangan-pandangan yang mendamaikan dan menyejukkan.Â
Dunia maya juga harus diramaikan dengan pemahaman agama yang benar. Karena banyak generasi muda yang belajar agama secara instan di dunia maya. Akibatnya, tidak sedikit anak muda di era milenial ini, tumbuh menjadi generasi pemarah dan mudah membenci karena terprovokasi oleh hoax dan propaganda radikalisme. Semoga ini bisa menjadi renungan bersama. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H