Mohon tunggu...
budi prakoso
budi prakoso Mohon Tunggu... Wiraswasta - mari jaga kesehatan

seorang yang gemar berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Agama, Budaya, dan Akar NKRI

12 April 2018   21:36 Diperbarui: 12 April 2018   22:10 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pancasila - pandaibesi.com

Belakangan perdebatan antar agama dan budaya, kembali muncul seiring dengan mencuatnya polemik puisi Sukmawati Soekarno Putri. Setelah mencuatnya puisi tersebut, agama dan budaya kembali dibandingkan. Seolah agama dan budaya merupakan hal yang bertolak belakang.

Padahal kalau kita belajar dari sejarah Indonesia, agama dan budaya justru menjadi hal yang saling berdekatan. Justru keduanya saling melengkapi dan mengisi. Lihat saja, akulturasi budaya yang berkembang dan bisa kita lihat saat ini. Lihat saja pesan-pesan yang bisa kita lihat dibalik bangunan bersejarah di Indonesia.

Tidak sedikit tempat ibadah yang mempunyai akulturasi antar budaya. Tidak hanya nilai-nilai Islam, tapi unsur Jawa, unsur Hindu juga terlihat dalam beberapa masjid masa lalu.

Hal yang sama juga kita lihat dalam beberapa gereja yang dibangun di masa lalu. Akulturasi budaya bisa dengan mudah kita temukan. Tidak hanya dalam bentuk bangunan bersejarah, perpaduan antara agama dan budaya juga bisa dilihat dalam adat istiadat yang berkembang di masyarakat.

Contoh yang paling jelas terlihat adalah, bagaimana cara Islam masuk ke tanah Jawa melalui Wali Songo. Islam tidak pernah memaksakan agar masyarakat yang ketika itu sudah memeluk Hindu dan Budha, untuk beralih ke Islam.

Tidak ada juga yang memaksanakan bahwa budaya lokal yang sudah ada ketika itu untuk dibuang. Yang terjadi justru Islam menyesuaikan dengan adat dan budaya yang berkembang ketika itu.

Misalnya, Sunan Kalijaga menyebarkan Islam dengan menggunakan seni wayang, lagu ataupun seni yang lain. Tradisi 'selametan' yang oleh masyarakat Jawa dianggap sebagai bentuk rasa syukur, tidak serta merta dihilangkan. Bahkan, konsep 'Tahlilan' yang berjalan hingga saat ini mengadopsi konsep 'selametan' yang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Bentuk perpaduan antara agama dan budaya ini, juga tertuan dalam nilai-nilai sila Pancasila. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sila 'kemanusiaan yang adil dan beradab', sila 'persatuan Indonesia', sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, merupakan bukti perpaduan antara agama dan nilai-nilai budaya.

Dan hasilnya, meski Indonesia mempunyai banyak suku, bahasa dan budaya, keberagaman itu tetap terjaga. Toleransi antar umat beragama tetap menjadi acuan, dalam kehidupan sosial masyarakat.

Tak dipungkiri, seiring dengan maraknya provokasi dan ujaran kebencian di dunia maya, membuat keberagaman yang menjadi karakter negeri ini dipersoalkan. Kebebasan dalam memeluk dan menjalankan ibadah, menjadi persoalan. Bahkan, berbeda yang awalnya lumrah menjadi hal yang mengerikan, ketika aksi persekusi terjadi dimana-mana.

Belakangan, budaya dan agama kembali menjadi perdebatan di sebagian masyarakat. Apa maksudnya? Terkadang kita sendiri juga tidak mengerti. Sentimen agama memang seringkali menjadi konsumsi yang dipolitisir, seiring masuknya tahun politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun