Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Vananda dan Sebutir Paprika

29 Mei 2013   16:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:50 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

........
Kutahu Vananda, kau tampak cantik di pembaringan, meriah di meja makan, dan trengginas di meja sidang, tapi kau sering gagap menangkap isyarat yang dihembuskan angin yang menyisir dari balik gordenmu yang menyingkap dua bukitmu yang lancip.

Kau penuhi janji malam, membesuk embun dan menghirup asam arang yang diperebutkan pucuk-pucuk sikas yang berjaga di depan teras rumahmu. Dan jika sepi melukai batinmu, tak ada tempat yang lengang untuk menyandarkan seperempat bahumu dalam larik-larik sajak, pisaumu mengiris bagian luar korneamu yang basah.

Tergagap kau, kencang berlari ke arah bukit, dan memanggil-manggil pacarmu, memohon-mohon kepada cemara agar ia lekas pulang. Lalu kau katakan, dosa itu mengalir sejak benci mengunci, meski rindu kau rasakan lebih sekedar air bah, sejatinya kau takut kehilangan dada dan matanya, yang telah kau cincang-cincang, hingga tinggal selapis.

*) diambil dari Buku Bilingual Poetry Anthology "Spring Fiesta" ( Pesta Musim Semi)- , Cetakan 1 , Mei 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun