........
Kutahu Vananda, kau tampak cantik di pembaringan, meriah di meja makan, dan trengginas di meja sidang, tapi kau sering gagap menangkap isyarat yang dihembuskan angin yang menyisir dari balik gordenmu yang menyingkap dua bukitmu yang lancip.
Kau penuhi janji malam, membesuk embun dan menghirup asam arang yang diperebutkan pucuk-pucuk sikas yang berjaga di depan teras rumahmu. Dan jika sepi melukai batinmu, tak ada tempat yang lengang untuk menyandarkan seperempat bahumu dalam larik-larik sajak, pisaumu mengiris bagian luar korneamu yang basah.
Tergagap kau, kencang berlari ke arah bukit, dan memanggil-manggil pacarmu, memohon-mohon kepada cemara agar ia lekas pulang. Lalu kau katakan, dosa itu mengalir sejak benci mengunci, meski rindu kau rasakan lebih sekedar air bah, sejatinya kau takut kehilangan dada dan matanya, yang telah kau cincang-cincang, hingga tinggal selapis.
*) diambil dari Buku Bilingual Poetry Anthology "Spring Fiesta" ( Pesta Musim Semi)- , Cetakan 1 , Mei 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H