SEHARIAN ini tadi saya merasakan suasana yang benar-benar menyenangkan,. Apalagi beberapa minggu terakhir ini, pekerjaan di kantor banyak menyita energi dan konsentrasi. Meski capek, tapi asyik juga dengan apa yang saya jalani seharian ini tadi, sebagai juri Lomba Membaca Berita dan Lomba Membaca Puisi. Dua hobi dan profesi yang dulu pernah saya tekuni.
Berada di tengah-tengah para pelajar SMP/SMA/SMK ( yang lebih dari 95 persen pelajar puteri), saya menyaksikan aksi mereka membaca berita. Seperti mengingatkan saya pada penampilan Najwa Shihab atau Dessy Anwar yang setiap petang saya tongkrongi di depan layar kaca, dulu ketika keduanya masih sering membacakan berita di stasiun teve swasta itu.
Dari sekian peserta yang saya amati, saya sempat terkesima pada penampilan salah seorang pelajar SMP, bagaimana tidak ?. Teks berita yang panjangnya lebih dari 100 karakter itu, dihafalkannya dengan intonasi dan mimik yang jelas dan tegas, tanpa sekalipun melirik pada naskah yang ada di laptop yang ia buka. Padahal pembaca berita yang profesional sekali pun ketika ia menjalankan tugas, telah dimudahkan oleh monitor yang ada di depannya.
Ada dua lagi peserta SMA, yang penampilan kostumnya bak penyiar profesional. Dengan mengenakan jas yang rapi, mereka tampil begitu prima. Dari cara ngomong dan cara duduknya saja, sudah menarik. Juri dan peserta lainnya sempat dibuat kagum oleh penampilan mereka. Bahkan seorang teman juri (dari RRI) sempat melontarkan kekagumannya seusai acara lomba . " Tak kalah dengan mereka yang sudah kerja lama di radio" ucapnya.
Lomba Membaca Berita antar pelajar SMP/SMA/SMK se Kabupaten Bantul ini, mendapat respon yang besar dari mereka, karena lomba semacam ini memang baru kali pertama digelar.
Di sesi sebelumnya, saya bersama dua teman dari RRI dan Balai Bahasa Yogyakarta, menilai juga penampilan para guru SMP/SMA/SMK membaca puisi. Ada beberapa puisi pilihan. karya Chairil Anwar, Taufiq Ismail, Eka Budianta, Budhi Wiryawan, Umi Kulsum dan Bambang Sulaksono. Karena keterbatasan waktu, mereka diminta hanya membaca [caption id="attachment_224344" align="aligncenter" width="960" caption="Foto - Choen S"][/caption]satu puisi saja
Kebetulan lagi, semua pesertanya adalah perempuan, maka tak jarang mereka begitu larut menghayati sebuah isi dari puisi tersebut. Namun secara umum penampilan mereka bagus, saya tidak menyangka itu, meski sebagian besar dari mereka adalah otodidag, belajar sendiri. Hanya saja ada dari para peserta ini yang terjebak oleh interpretasi yang tidak pas ketika memahami sebuah karya, akibatnya jadi over.
Tapi terus terang saya enjoy menyaksikan penampilan para guru ini membaca puisi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H