Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Gerimis Pertama

1 November 2012   17:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

jangan mencipta lagi sunyi di tengah gerimis yang setengah hati
lalu apa makna dari mendung yang bersarang di sarung langit
mestinya kau bukan antibodi yang mengguyurkan sekolam airmata itu
atas jejak langit yang belajar mewarnai rupa hitamnya
lalu segalanya bisa begitu saja usai, tanpa ada selembar potret
yang di bawahnya tergambar selembar daun jati yang masih harum
oleh rinai hujan pertama, tanpa upacara pelepasan

jangan mencipta lagi senyap, karena jiwaku tak berkawan lagi
pada suram bintang, pada jalan-jalan basah yang telah melenyapkan jejak
batas kaki pertama ketika keluar dari orbit kerinduan,
lagi hujan itu turun setengah hati, seperti menebarkan tanya,
kemana setelah bening hati ini tak berkabar lagi

hujan memang bukan puisi yang nyenyak untuk dinikmati
ia hanya bagian dari partitur yang gagal untuk dituliskan
tanpa coda, miskin rasa
(2012)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun