MATOA (pometia pinnata) adalah buah khas dari Papua. Namun sejak delapan tahun yang lalu saya mencoba membudidayakan tanaman itu di halaman rumah. Dan Alhamdulillah, sejak dia berbuah empat tahun yang lalu, kini setiap tahun saya dapat memetik buahnya.
Memang tak ada buah yang selegit matoa. Ukuran buahnya lebih besar sedikit dari duku, daging buah kenyal (jenis matoa kelapa) manis percampuran antara rambutan, kelengkeng dan sedikit durian. Di halaman rumah pohon ini bercabang rimbun, sampai saat ini tingginya sudah 8 meter, dengan diameter batang kambium pohon sekitar 10 cm.
Ceritanya, buah itu dulu saya dapatkan dari adik saya yang tinggal di Manado, ketika pulang ke Yogya dia membawakan buah itu. Iseng-iseng bijihnya saya semai, tak lama kemudian tumbuh trubus (tunas), setelah tingginya 40 cm, kemudian saya pindah-saya tanam di bedengan, yang sebelumnya saya siapkan dua minggu sebelumnya. Meski dengan cara generatif, namun perumbuhan tanaman ini relatif pesat, Setelah menunggu empat tahun, buah ini mulai berbunga dan tumbuh kuncup bakal buah, biasanya dimulai di bulan Juni atau Juli, tiga bulan kemudian sudah masak, dan bisa dipanen.
[caption id="attachment_215337" align="aligncenter" width="615" caption="Buah Matoa (Foto- Budhi Wiryawan)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H