Mohon tunggu...
Budhi Wiryawan
Budhi Wiryawan Mohon Tunggu... profesional -

mengikuti kemana darah ini mengalir....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hikayat Sang Sandal

29 Juli 2012   18:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sandal adalah piranti dan instrumen penting buat kaki. Populasi sandal selama bulan ramadhan ini pasti meningkat di semua masjid dan  mushola . Karena hampir dipastikan (kecuali pakai sepatu) jamaah yang datang ke masjid tentu tak akan membawa kaki kosong alias cekeran.

Tapi sandal dalam debutnya, menyimpan rasa humor, rasa sakit, dan juga kecewa. Apa pasalnya ? Para sandal ini setelah beristirahat di halaman/teras masjid, tentu tidak bisa masuk di area " tempat suci", mereka harus rela agak menjauh. Sudah menjauh pun mereka masih terkena rasia, karena bisa saja si empunya sandal itu keliru mengambilnya, karena lupa ciri-ciri fisiknya.  Tuan sandal ini bisa jadi mengambil sandal milik orang lain, atau keliru menjodohkan sandal jepitnya. Tidak itu saja, nasib sang sandal, selama ia berkoloni dengan teman-temannya yang banyak akan rela untuk diinjak-injak oleh serdadu telapak kaki , betapa sakitnya.

Ada seorang teman yang memberi resep agar terompah atau sandalnya tidak tertukar atau bahkan "diambil" orang. Yakni dengan cara memisahkan sepasang sandal itu ketika diletakkan. Bisa yang satu di pojok, sementara  yang sebelah dicampur dengan sandal-sandal lainnya. Namun seorang teman lainnya sangatlah menaruh hormat, dan berempati pada sandalnya. Ia setiap kali datang ke masjid selalu membawa tas plastik (kresek), dan menempatkannya di suatu tempat yang aman. Betapa terhormatnya sang sandal.

Namun demikian pemeo yang agak "mletho" ( iseng) janganlah kemudian diterapkan. Khotbah pak ustad yang mengatakan " Ambilah yang baik, dan buanglah yang jelek" janganlah kemudian disalahartikan, dengan memilih  sandal yang baik (milik orang lain) dan buanglah sandal yang jelek ( yang ia bawa dari rumah).  Begitulah akhirnya, akhirul kalam  saya ucapkan selamat menikmati makan sahur bagi sobat kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun