Pada tahun 1922 pemerintah Uni Soviet mengirimkan Abraham Adolf Joffe untuk membicarakan tentang persetujuan mengenai daerah yang pernah dirampas dari China yang akan dikembalikan kembali.Dr. Sun Yat Sen menerima tawaran tersebut dan ia berpendapat bahwasanya komunis tidak cocok diterapkan di China.Dengan demikian terjadilah hubungan antara Pemerintah Koumintang dan Uni Soviet.
Baca juga: Berkaca pada Perang Padri, Perang Saudara yang Memecah Belah
Lalu pemerintahan nasionalis mengirimkan misi yang diketuai oleh Chiang Kai Shek ke Uni Soviet untuk belajar mengenai birokrasi pemerintahan dan sebagai balasannya Uni Soviet mengirimkan  Borodin dan Jenderal Blucher ke China untuk mengatur kembali biroraksi Partai Koumintang dan mengajar di Akademi militer Whampoa.
Pada bulan Juni 1924 setelah keputusan Kongres Nasional Kaum Komunis diperbolehkan untuk bergabung kedalam Koumintang dengan syarat bahwa mereka akan tunduk kepada asas-asas Koumintang.Pada tahun selanjutnya 1925 Dr Sun Yat Sen wafat dan digantikan oleh Chiang Kai Sek yang tidak suka dengan kaum komunis dan berusaha untuk menyingkirkan kaum koumnis dari Koumintang karena ia menganggap bahwa kaum komunis dapat membahayakan persatuan negeri serta mengirim kembali Borodin dan Jenderal Blucher ke Uni Soviet.Hal ini memicu konflik antara kaum komunis dengan kaum nasionalis.
Pada tahun 1927 Mao Zedong terpilih menjadi pemimpin partai Komunis China dan melalui Tentara Merah di bawah pimpinan Zhou Enlai dan Zhu De mengadakan perebutan kekuasaan di Nanchang yang berhasil digagalkan oleh Kuomintang. Akibatnya kemudian adalah terjadinya peristiwa yang disebut dengan Shanghai Massacre, yaitu pembunuhan massal atau pembersihan terhadap kaum komunis yang dilakukan oleh Kuomintang.
Sisa-sisa anggota Partai Komunis China mundur ke daerah-daerah yang tidak mudah diakses dan mulai menyadari bahwa kedudukannya di Propinsi Jiangsi tidak dapat dipertahankan lagi. Mereka lalu mengundurkan diri dan mengadakan perjalanan panjang yang dikenal dengan peristiwa Long March pada tahun 1934 ke wilayah Yanan dan tiba secara bergelombang di wilayah tersebut antara tahun 1935-1936.
Pada saat itu Jepang sedang melakukan ekspansi ke wilayah utara China sehingga pada tanggal 1 agustus 1935 Partai Komunis China menyerukan agar rakyat China bersatu melawan Jepang.Lalu pada bulan februari 1937 Partai Komunis China menyatakan untuk bergabung dengan pemerintahan nasional dan meleburkan Tentara Merah dengan Tentara Nasional dalam menghadapi agresi militer Jepang.Dengan demikian pertikaian antara kaum Komunis dan kaum Nasionalis berhenti dan bersatu untuk menghadapi Jepang.
Pasca Perang Dunia II berakhir dan Jepang menyerah,pertikaian  kaum nasionalis dan kaum komunis kembali terjadi untuk merebutkan kekuasaan di China. Chiang Kai Shek sendiri merasa khawatir dengan Tentara Merah yang menguasai daerah pedesaan yang sangat luas sehingga ia meminta bantuan Amerika Serikat untuk membantu menyelesaikan masalahnya di China.Pada tahun 1945 Presiden Truman berusaha menghindarkan perang saudara di China dengan mengutus Jenderal George Marshall untuk bertindak sebagai perantara bagi antara Pemerintah Nasionalis dengan Partai Komunis China. Namun sepeninggal Marshall pertempuaran antara Pemerintah Nasionalis dengan Partai Komunis China kembali terjadi dengan skala yang semakin meluas.
Baca juga: Brotherhood of War, Perang Saudara di Korea yang Benar-benar Menyentuh Nilai-nilai Persaudaraannya
Pada tahun 1947 pemerintahan nasionalis berhasil merebut kota Yanan dari pihak komunis.Meskipun pada awalnya terdesak, keadaan segera berbalik ketika kaum komunis menerapkan politik land reform.Alhasil pada tahun 1948 Tentara Merah berhasil merebut kota-kota yang dikuasi oleh kaum nasionalis seperti kota Jinan,Changchun, Mukden, dan Xuzhou.Pada tahun 1949 Beiping jatuh ke tangan Komunis dan merubah nama kota ini menjadi Beijing.
Tentara Merah yang menguasai wilayah Utara segera melancarkan serangannya ke wilayah selatan dan memaksa pemerintahan Nasionalis memindahkan ibukotanya dari Nanjing ke Kanton.Lalu Tentara Merah berhasil merebut kota Taiyuan dan Nanjing.Kemudian berturut turut Kota Hangou, Sanghai, dan Qingdao jatuh ke dalam genggaman Tentara Merah .
- Dampak dari konflik antara kaum nasionalis dan komunis di China