Mohon tunggu...
Budhiman Prakoso
Budhiman Prakoso Mohon Tunggu... Human Resources - DATTEBAYO !!!!

Penikmat Ilmu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masa Transisi (Peralihan) VOC ke Pemerintah Belanda

4 Maret 2019   19:35 Diperbarui: 4 Maret 2019   20:23 1178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pada akhir abad XVIII VOC runtuh,atau lebih tepatnya pada tanggal 31 Desember 1799.Ada banyak faktor yang membuat VOC runtuh,mulai dari banyak pegawai yang korupsi,adanya persaingan dagang dengan Inggris (EIC),dan banyak melalukan peperangan dengan pemberontak yang membuat kas VOC menipis.

Di Eropa sendiri sedang berkecamuk perang antara Inggris dengan Perancis.Di negeri Perancis sendiri terjadi revolusi yang kemudian berujung pada ambisi Perancis untuk menguasai seluruh daratan Eropa dibawah Napoleon Bonaporte.

Di Belanda sendiri terdapat kelompok Gerakan Patriot yang menuntut penggantian Raja williem V.Gerakan ini mendapat pengaruh dari revolusi Perancis Itu sendiri.Pada saat yang sama,pada tahun 1975 Perancis menyerbu Belanda yang mendapat dukungan dari gerakan ini sehingga membuat Raja Williem V melarikan diri ke Inggris.Kemudian Perancis berhasil merebut Belanda dan dibentuklah  Republik Bataaf yang dipimpin oleh Louis Bonaparte.

Raja William V tak tinggal diam,ia menulis surat-surat yang berisi perintah kepada penguasa negeri jajahan Belanda untuk menyerahkan jajahannya kepada Inggris bukan kepada pemerintah Belanda yang telah direbut oleh Perancis.Surat-surat ini kemudian dikenal dengan "surat-surat Kew".

Namun pada akhirnya daerah Nusantara jatuh ke tangan Pemerintah Kolonial Belanda atau Republik Bataaf itu sendiri.Setelah VOC runtuh semua kewajibannya menjadi tanggung jawab pemerintah Belanda termasuk utang-utang VOC.

Untuk memimpin Nusantara diangkatlah Herman W.Daendels sebagai Gubernur    Jenderal dan Nusantara berubah nama menjadi Hindia Belanda.Dengan tugas utama menjaga pulau Jawa dari serangan Inggris.Oleh karena itu Daendels langsung menerapkan kebijakan-kebijakan yang dianggap dapat menahan serangan Inggris,contohnya :

  • Bidang Militer dan Pertahanan
  • Membangun Jalan Anyer sampai Panarukan sepanjang 100 KM
  • Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang
  • Membangun benteng-benteng pertahanan
  • Bidang Ekonomi dan Keuangan
  • Mengeluarkan Uang Kertas
  • Memperbaiki gaji pegawai
  • Pajak In nature(Contingenten)
  • Bidang Sosial
  • Memberlakukan kerja Rodi
  • Perbudakan
  • Membuat jaringan pos distrik

Kebijakan-kebijakan ini mendapat reaksi keras dari penduduk jawa itu sendiri karena kebijakan ini sangatlah tidak manusiawi.sehingga Daendeles dikenal dengan gubernur bertangan besi.Berita ini sampai ditelinga Napoleon Bonaparte.Alhasil ia mengganti Daendels dengan Den Willian Jonson.Akan tetapi ia tidak secakap Daendels sehingga ia gagal mempertahankan jawa dari Inggris.Sehingga Inggris berhasil menaklukan daerah Hindia Belanda dan ditandatanganilah sebuah perjanjian "Kapitulasi Tuntang" yang berisi:

  • Seluruh Jawa diserahkan kepada Inggris
  • Semua tentara menjadi tawanan Inggris
  • Pegawai Belanda yang mau berkerjasama dengan Inggris akan memegang jabatan
  • Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris

Setelah Inggris menguasai daerah Hindia Belanda dipimpin seorang Gubernur Jenderal bernama Sir Thomas Stamford Raffles.Ia merupakan seorang pemimpin liberalis yang sangat menjunjung tinggi HAM.Hal ini bisa dilihat dengan kebijakannya menghapus kerja rodi,perbudakan,tanam paksa,dan monopoli rempah-rempah.Karna ia menganggap kebijakan tersebut sangat bertentangan dengan HAM sehingga ia merubah kebijakan tersebut dengan kebijakan baru salah satunya sistem sewa tanah.Namun dalam pelaksanaannya sistem sewa tanah ini mengalami kegagalan diantaranya :

  • Pemerintah sulit menyita tanah karena tidak ada sertifikat tanah.
  • Kebebesan menanam apapun yang diberikan kepada petani membuat petani bingung sendiri apa yang harus ditanam karena petani biasa disuruh saat kebijakan tanam paksa.
  • Petani belum mengenal yang namanya uang mereka lebih terbiasa dengan sistem barter.

Kegagalan ini membuat pemasukan ke kas EIC sedikit,sedangkan Inggris terus menangih karena mendengar ketika Belanda berkuasa pulau Jawa merupakan ladang pemasukan yang besar.Akhirnya Inggris menganggap Pulau Jawa tidak menghasilkan apa-apa dan tidak perlu dipertahankan.

Kemudian di Eropa sendiri Perancis tidak lagi menguasai  Belanda.Lalu Raja William II kembali ke Belanda dan menjadi raja.Akhirnya Inggris menyerahkan Hindia Belanda ke Belanda melalui "Convention of London" tahun 1814.Alhasil dengan konvensi tersebut Belanda secara resmi menjadi penguasa Hindia Belanda.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun