Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kertas Kosong

22 Desember 2020   15:17 Diperbarui: 9 Januari 2021   10:01 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari, Kosasih memulai aktivitas dengan buang tai di toilet jongkok, tempat biasanya ide-ide cerita datang. Tapi kali ini bukan ide yang didapatnya melainkan rasa takut untuk mulai menuliskan kisah "Orang-Orang Mati". dia takut memancing kegaduhan jika naskah yang akan dia tulis dibaca banyak orang, dia takut karena kegaduhan itu maka keluarganya akan terkena imbas, hinaan dari pendukung pemerintah, perundungan dan ketakutan-ketakutan lainnya. 

Lebih baik jika dia hanya menerima itu tapi kalau ada yang sampai membuat keluarganya celaka bagaimana? Kosasih memang tidak tahu siapa salah dan siapa benar dalam kasus enam orang pengawal, yang dia tahu dia dan keluarganya sedang hidup dalam masa yang apapun bisa terjadi. Orang nekat sekarang banyak, bisa jadi karena ceritanya, dia dan keluarga juga akan ikut mati. "aah, kontol" geram Kosasih. Dia membersihkan pantat bergegas ke ruang kerjanya, mengambil kertas coretan kerangka cerita, menyobeknya lalu membuang ke tempat sampah.

Kosasih duduk lemas, diambilnya sebatang rokok lalu di bakarnya. Dia mainkan asap dari mulut, menyemburkannya pada setumpuk kertas kosong di atas meja.

"Kertas kosong" katanya "orang bilang hidup itu seperti selembar kertas kosong, terserah kita akan menuliskannya seperti apa. Jangankan untuk menulis kertas kehidupan, untuk menulis di atas kertas kosong saja aku tak punya keberanian, BANGSAT".

Dalam keadaan yang tak karuan, Kosasih bertanya-tanya, apakah penulis lain juga mengalami hal yang sama seperti yang dirasakannya sekarang? Apakah menjadi penulis butuh keberanian untuk menulis? Apakah penulis pernah merasakan buntu saat berhadapan dengan kertas kosong?, entahlah.

Di tengah pikirannya yang semrawut saat menimbang antara menjadi penulis atau kembali menjadi pegawai bank, Kosasih mendapat ide cerita lain. Dengan sigap dia mengambil kertas lalu mulai mencoretkan idenya.

"akhirnya dapat juga" kata Kosasih kegirangan "goblok kenapa tidak dari kemarin saja kubuat cerita tentang penulis yang bingung mau menulis apa karena terlalu banyak pertimbangan, karena terlalu banyak ketakutan".

Kosasih semangat sekali, gairahnya sedang maksimal, dia menceritakan dirinya sendiri dan tanpa pertimbangan lagi dia beri judul kisahnya "Kertas Kosong".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun