"aku bukan penguasa gunung bodoh, aku ini babi seperti babi-babi lainnya"
Aku menatapnya curiga, mana mungkin ada babi bisa bicara pasti dia itu dedemit. Aku yakin sekali.
"aku meminta maaf sudah mencuri makananmu, sungguh sebenarnya aku tak mau mencuri tapi tak ada lagi pilihan yang harus ku jalani"
Ah terkejut, alasan ini sepertinya sudah sering aku dengar di berita-berita kriminal atau dikoran-koran. Tapi aku masih belum percaya kalau dia babi seperti babi lain pada umumnya.
"kau lapar?"
Aku mencoba memberanikan diri mencairkan suasana, ku ambil roti dalam plastik lalu memberikannya.
"aku lapar tapi aku masih bisa menahannya, aku mencuri makananmu bukan untukku tapi untuk anak-anakku"
Aku dibuat sedikit penasaran, masa iya babi seperti itu? Apa yang dia katakan benar-benar mirip dengan apa yang biasa aku baca pada koran kriminal. Alasan dia seperti alasan para pencuri atau tukang palak lainnya jika ia sudah tertangkap oleh warga atau polisi.
"memangnya kau punya anak?"
"iya, aku punya tiga anak yang masih kecil, aku harus memberi mereka makan sedangkan aku tak tahu harus kemana lagi mencari makan selain dengan cara mencuri"
"Kau kan bisa memberi makan anak-anakmu dengan mencarinya di hutan"