Mohon tunggu...
SedotanBekas
SedotanBekas Mohon Tunggu... Administrasi - ponakannya DonaldTrump

Saya adalah RENKARNASI dari Power Ranger Pink

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Cicak: Tuhan Itu Tidak Ada

30 Desember 2017   19:42 Diperbarui: 30 Desember 2017   19:48 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkisah dua ekor cicak sedang terdiam di sudut dinding rumah kontrakan reyot. Dengan penuh kewaSpadaan matanya tajam mencari nyamuk. Kosentrasi.

"gembel, nyamuk disini susah di tangkap" gerutu Kandi si cicak tua

"sabar, nanti juga kau dapat" celetuk Mirza si Cicak muda

"harus sabar bagaimana lagi? Disini banyak nyamuk tapi sudah dua jam tak ada satu pun yang dapat kita makan".

Mirza sedikit menjauh dari Kardi, sengaja.  Sekedar menghindar untuk berdebat

"kemana kau?" tanya Kandi

"mencari tempat lain".

"halaah, disini yang banyak nyamuk saja kau tak dapat, apalagi pindah tempat"

Kandi terus menggerutu, sementara Mirza tak menggubris, ia tetap berlalu.

"Alhamdulillah, aku sudah dapat nyamuk"

Mendengar ocehan Mirza, Kandi semakin tak sabaran.

"aaah setan, masih saja kau ucap syukur. TUHAN ITU TIDAK ADA, sebab kalau Dia ada pasti sudah memberi kita nyamuk, atau paling tidak memberi kita sayap agar bisa terbang dan lebih mudah menangkap nyamuk"

Mirza menghampiri Kandi.

"Tak baik berkata seperti itu, Tuhan itu ada"

"HAH, tahu apa kau tentang tuhan?" Kandi melotot, merasa jengkel kepada Mirza

"kau itu masih cicak muda, jangan coba-coba melangkahi aku yang sudah tua. Aku lebih tahu tentang Tuhan karena aku lebih tua darimu"

Mendengar itu, Mirza mencoba menahan diri. Ia sadar betul tabiat kandi dan bukan perkara mudah jika sampai Kandi marah besar apalagi jika sudah bermain dengan ototnya. Karena memang di kalangan Komunitas Cicak Kontrakan Reyot Kardi sudah terkenal dengan sikap tamperamentalnya. Dulu pernah ada seekor cicak betina mati menyangkut di lubang angin kamar setelah Kandi melemparnya oleh sebab cintanya yang di tolak oleh si cicak betina. Oleh karena itu, ia harus berhati-hati jika berhadapan dengan Kandi.

"Hai Mir, jika saja Tuhan memang ada, berarti dia saat ini sedang berbuat dzalim pada kita".

"maksudmu?" tanya Mirza

"Iya berbuat dzalim, masa Dia menjadikan nyamuk yang bersayap dan bisa terbang sebagai makanan kita, sedangkan kita sendiri hanya mahluk dinding yang tak bisa apa-apa. Kalau tuhan tidak dzalim harusnya dia memberi kita sayap" jelas Kandi.

Mirza terdiam, ia berguman dalam hati.

"aduhai bodohnya kau, pikiranmu sudah sama seperti manusia penghuni kontrakan reyot ini saja. Selalu saja menyalahkan keadaan, selalu merasa paling benar, padahal kita adalah bangsa cicak yang sudah Tuhan berikan kelebihan, yaitu sabar"

Tak lama setelah itu.

JLEEEB ...

Kepala Kandi terpanah lidi runcing, darahnya keluar. Ia sekarat lalu jatuh ke lantai.

"mampus kau Kandi, itulah sebab karena tak percaya dan menghina Tuhan. Akhirnya kepala kau habis tertancap mainan panah milik si anak penghuni kontrakan"

Melihat Kandi jatuh dan menjadi mainan si anak penghuni kontrakan Mirza merasa bahagia.

"hahahhaaha, tuhan sudah marah padamu, harusnya kamu mengikuti apa yang ku katakan biar hidupmu selamat. Karena akulah sang penyabar yang sebenar-benarnya"

JLEEEEB ....

Kepala Mirza pun terpanah lidi runcing.

Anak pemilik kontrakan bersorak girang, karena sudah membunuh dua pengganggu di rumahnya. Sekarang Ia sedang berpose bak pahlawan karena sudah menjadi orang paling baik sebab membunuh pengganggu.

  • sekarang penulis merasa paling benar karena sudah meriwayatkan kisah yang dianggapnya benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun