"aaah setan, masih saja kau ucap syukur. TUHAN ITU TIDAK ADA, sebab kalau Dia ada pasti sudah memberi kita nyamuk, atau paling tidak memberi kita sayap agar bisa terbang dan lebih mudah menangkap nyamuk"
Mirza menghampiri Kandi.
"Tak baik berkata seperti itu, Tuhan itu ada"
"HAH, tahu apa kau tentang tuhan?" Kandi melotot, merasa jengkel kepada Mirza
"kau itu masih cicak muda, jangan coba-coba melangkahi aku yang sudah tua. Aku lebih tahu tentang Tuhan karena aku lebih tua darimu"
Mendengar itu, Mirza mencoba menahan diri. Ia sadar betul tabiat kandi dan bukan perkara mudah jika sampai Kandi marah besar apalagi jika sudah bermain dengan ototnya. Karena memang di kalangan Komunitas Cicak Kontrakan Reyot Kardi sudah terkenal dengan sikap tamperamentalnya. Dulu pernah ada seekor cicak betina mati menyangkut di lubang angin kamar setelah Kandi melemparnya oleh sebab cintanya yang di tolak oleh si cicak betina. Oleh karena itu, ia harus berhati-hati jika berhadapan dengan Kandi.
"Hai Mir, jika saja Tuhan memang ada, berarti dia saat ini sedang berbuat dzalim pada kita".
"maksudmu?" tanya Mirza
"Iya berbuat dzalim, masa Dia menjadikan nyamuk yang bersayap dan bisa terbang sebagai makanan kita, sedangkan kita sendiri hanya mahluk dinding yang tak bisa apa-apa. Kalau tuhan tidak dzalim harusnya dia memberi kita sayap" jelas Kandi.
Mirza terdiam, ia berguman dalam hati.
"aduhai bodohnya kau, pikiranmu sudah sama seperti manusia penghuni kontrakan reyot ini saja. Selalu saja menyalahkan keadaan, selalu merasa paling benar, padahal kita adalah bangsa cicak yang sudah Tuhan berikan kelebihan, yaitu sabar"