Dari Bandara Sentani menuju Situs Tugu Mac Arthur tidaklah terlalu jauh lokasinya. Perjalanan sedikit menanjak serta akan melewati komplek perumahan TNI. Dipertengahan  kendaraan wajib berhenti untuk melapor ke Pos penjagaan TNI, karena memang lokasinya terletak di daerah Resimen. Di Pos kita diminta  menyerahkan KTP, sebenarnya dengan KTP sopir saja sudah cukup. KTP baru bisa diambil pada saat kita selesai berkunjung nantinya, tidak perlu bayar disini.
Perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalan yang semakin mendaki dan berkelok-kelok. Walau begitu jangan khawatir, jalan aspal tetap mulus. Suasana sepanjang jalan terasa teduh  terlindung oleh pohon pinus dan kayu eucalyptus, tidak perlu menyalakan Ac sebab udara mulai terasa semakin sejuk.
Tidak begitu lama mobil yang ditumpangi mulai masuk kesebuah lokasi yang datar namun tidak begitu luas,  disana sudah banyak terparkir kendaraan. Ditengah lokasi tampak  sebuah tugu menyambut para tamu. Tugu semen bergambar pedang dan anak panah berwarna perak sangat kontras dengan latar belakang yang dicat warna kuning dan hitam.
Saya sungguh takjub melihat sekilas pemandangan yang disuguhkan. Dari sini setiap orang bisa melihat keindahan Danau Sentani yang sangat luar biasa indahnya. Pengunjung bisa melihat kebawah sana dengan leluasa, benar-benar indah.  Tampak sesekali pesawat yang akan mendarat maupun yang akan terbang di Bandara Sentani turut mewarnai keindahan alam Papua yang begitu mempesona. Hempasan angin diketinggian alam terbuka yang cukup kuat menerpa wajah membuat kita merasakan sensasi yang lain, susana menjadi semakin menarik dan menyenangkan. Seakan-akan kita berada dipuncak dunia, kita bisa melihat semua yang ada dibawah dengan leluasa tanpa penghalang semuanya terpampang indah, layaknya  para pendaki gunung. Semua yang terlihat seolah-olah tampak kecil.
Jadi memang tepat, tempat ini dijadikan lokasi untuk memantau kesegala penjuru oleh Jendral Mac Arthur. Dari sana pasukan sekutu dapat melihat seluruh kawasan di Sentani, sebuah posisi yang strategis untuk memantau kedatangan musuh pada saat itu.
Untuk masuk kekawasan kita hanya diminta bayaran beberapa ribu rupiah saja per orangnya, tidak seberapa dibandingkan dengan pesona indah yang kita bisa dapatkan. Itupun diminta bukan di pintu gerbang masuk, melainkan pada saat mobil telah terparkir dengan baik. Nanti akan ada petugas yang datang dengan membawa buku, disana kita diminta menuliskan nama, asal kita dan tandatangan, terakhir baru membayar pada yang bersangkutan.
Tidak jauh dari tugu, disisi sebelah kanan arah masuk lokasi ini berdiri sebuah bangunan kecil. Letaknya agak kebawah, kita bisa masuk kesana dengan menuruni beberapa anak tangga. Sebuah museum dengan foto-foto dokumentasi jaman dulu. Menggambarkan kedatangan pasukan sekutu ke tanah Papua dan foto-fotonya sang Jendral.
Kalau tidak mengingat waktu, rasanya saya sangat betah berlama-lama disana. Duduk-duduk dibangku yang disediakan ditepi tebing untuk menikmati keindahan Danau Sentani. Indahnya danau dengan warna air yang biru dihiasi oleh gugusan perbukitan hijau muda, sementara awan putih menghiasi langit Papua yang cerah semakin menambah keelokan.
Ternyata Danau Sentani terasa jauh lebih indah dilihat dari kejauhan apalagi dari ketinggian seperti disini. Sangat menawarkan pesona bagi setiap pengunjungnya.
Jika ke Jayapura, belum lengkap kalau hanya menikmati Danau Sentani dari dekat. Akan terasa lebih jika anda mencobanya menikmati keindahan ciptaan Tuhan dari ketinggian, dari tugu Mac Arthur.
Luas Biasa!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H