Mohon tunggu...
MBudiawan
MBudiawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Indahnya Alam Papua

Spesialist dibidang Survey dan Perencanaan kehutanan. Sewaktu muda aktif sebagai seorang kartunis dan penulis di beberapa media di kota Bandung Pernah bekerja di beberapa perusahaan swasta nasional, PT. ASTRA, PT. Sinar Mas Forestry, PT. Kiani Lestari.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daging Rusa Johana

15 Juni 2014   14:06 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:39 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Johana sedang menunggu Pa Ce  di dermaga Kali Bian, sudah dua hari Pa Ce tidak pulang.  Matanya Johana asik memperhatikan ubur-ubur berwarna putih transparan terseret oleh arus air sungai yang sedang pasang, tampak indah.  Walaupun hal itu sudah merupakan pemandangan sehari-hari, tapi bagi anak seusianya ubur-ubur tetap saja menyenangkan. Tak terpikir bagi Johana untuk bisa bersekolah, bagaimana mau sekolah keluarganya sering pindah-pindah. Kalau musim kemarau berarti sudah tiba musim berburu, semua kelurga pindah ke hutan. Sementara di musim hujan mereka kembali lagi kekampung.

Disaat musim hujan, hutan dan lahan tempat berburu selalu tergenang dan berair. Maklum, daerah Merauke hampir sebagian besar arealnya relatif datar. Paling di bulan September saat musim hujan tiba, Pa Ce mencari anak ikan kaloso di sungai. September adalah saat ikan kaloso beranak, ikan kaloso menyimpan anak-anaknya didalam mulut.  Sudah menjadi aturan yang tidak tertulis, induk ikan kaloso harus dilepaskan lagi, yang boleh diambil anaknya saja.  Menjualnya mudah, banyak penampung ikan kaloso yang datang ke kampung mereka. Tapi makin hari ikan kaloso sudah susah didapat.

Saat musim berburu adalah saatnya mencari tambahan dan bekal untuk menunjang  hidup. Walaupun harus pergi dari kampung, tapi itu lebih baik. Kekayaan alam adalah sumber utama penghidupan masyarakat Papua, begitu juga keluarga Johana, mereka menggantungkan hidupnya pada alam. Orang tua Johana tidak mengenal yang namanya berkebun, bertani apalagi berjualan.

Seperti kebanyakan anak-anak pedalaman di Merauke, Johana sudah terbiasa tidak memakai alas kaki. Tidak pernah memakai sandal, begitu juga keluarganya yang lain. Johanapun sudah belajar makan sirih pinang, selain karena adat dan kebiasaan, ini juga bisa sebagai ganti penahan rasa lapar. Untuk orang yang tidak terbisa bisa jadi jorok dan jijik, apalagi melihat air ludah berwarna merah. Belum lagi mereka biasa meludah disembarang tempat. Tapi bagi keluarganya itu biasa saja.

Dari kejauhan tampak ada kole-kole menuju ke dermaga.  Johana kaget bercampur senang, dia hapal betul, itu kole-kole Pa Ce. Pa Ce mendayung kole-kole sambil berdiri.  Akhirnya kole-kole  merapat di dermaga. Beberapa ekor anjing meloncat duluan ke darat kemudian berlarian kearah Johana.

Sementara Pa Ce masih sibuk menurunkan hasil buruannya, seekor rusa jantan. Kole-kole bergoyang-goyang terhantam arus, maklum saat itu air laut sedang pasang. Posisi dermaga memang tidak jauh dari muara, sudah dekat ke laut Arafura yang terkenal ganas ombaknya. Dengan sedikit susah payah akhirnya rusa yang sudah disembelih itupun berhasil dinaikan  ke darat.

“Pa Ce pulang….Pa Ce pulang!”teriak Johana, ”Dapat rusa!”

Dari bivak berlarian saudara-saudaranya, termasuk Ma Ce juga. Semuanya senang. Daun-daun pohon bus berjatuhan seakan-akan  ikut menyemarakan kedatangan Pa Ce.

Rusa digotong beramai-ramai menuju kedekat bivak  dibawah pohon bus, Johana mengikuti Pa Ce dari belakang, kaki telanjangnya menginjak-injak darah yang masih  menetes dari leher rusa. Dia sangat senang, hari ini bisa makan besar.

Pa Ce tampak masih letih, bajunya berpeluh, sementara calana panjang yang dipakai penuh lumpur. Semua tidak dihiraukannya, sebagai pengusir penat, diambilnya sirih pinang lalu dimakannya. Rusa hasil buruan sudah diletakan diatas tanah berpasir pantai. Perut rusa dibelah dengan parang dan isinya dikeluarkan. Setelah dikuliti, tulang-tulang dilepaskan dari daging. Sebagian besar daging tersebut kemudian dimasukan kedalam karung.

Suasana di bivak mendadak menjadi ramai, semua sibuk. Terdengar  suara kapak yang memotong – motong tulang. Anjing pun ikut sibuk, mereka  menyalak, meminta jatah pada tuannya.

Johana mengambil beberapa potong kecil daging, kemudian dilemparkan arah anjing-anjingnya. Sebagai hadiah mereka membantu Pa Ce dalam perburuan tadi. Mereka  saling berebut daging dan saling menyalak.

Sementara itu, saudara-saudaranya sibuk membuat bara api, sambil mengambil beberapa potong daging lalu ditusuk memakai ranting kayu bus. Setelah dibakar mereka menyantapnya dalam kodisi masih setengah matang di tepi Kali Bian. Mereka kelihatan ceria, senang hari itu keluarganya berhasil mendapatkan buruan. Ya, karena belum tentu bisa setiap hari mendapatkan hasil. Wangi harum daging yang dibakar menggoda selera.

“Dagingnya enak…” kata Johana  kepada saudaranya, ia turut serta menikmati rusa bakar tersebut.

Tak lama kemudian ada sepeda motor pendatang lewat, lalu berhenti didepan bivak keluarga Johana. Orangnya turun lalu menghampiri Pa Ce. Ternyata dia mau membeli daging rusa.

“Kami beli sedikit saja, Pa Ce” kata orang tadi.

“Tidak bisa. Daging ini sudah pu Daeng” kata Pa Ce. Daging tersebut mau disetorkan ke Daeng di daerah Domande, daging itu milik Daeng.

“Padahal kalau dijual, Sa bisa beli baju baru “ kata Johana dalam hatinya. Johana mengerti betul watak Pa Ce, dia orangnya jujur. Sebetulnya kan bisa saja daging rusa itu dijual keorang lain, biar saja utang sama Daeng dibayar lain waktu, kalau dapat buruan lagi. Tapi Pa Ce tidak akan mau, paling jawabnya tidak boleh seperti itu, itu tidak baik.

Pa Ce  sebelumnya sudah diberi pinjaman uang oleh Daeng, uang itu sudah habis dibelikan beras dan kebutuhan lainnya.  Ya, keluarga Johana sekarang sudah terbiasa makan nasi seperti orang pendatang. Sesuai perjanjian, Pa Ce akan membayar dengan hasil buruan berupa rusa ataupun kaswari. Kalau yang didapat babi atau saham, Daeng tidak mau. Perkilogramnya, rusa dihargai oleh Daeng Rp.25.000. Jadi Pa Ce dan keluarganya tidak bisa menikmati seluruh daging rusa.

Keluarga Johana hanya mengambil kulit, tulang dan kepala rusa saja. Kalau mau makan daging, ya pada saat menguliti, setelah itu tidak ada lagi. Tanduk rusa biasanya di kumpulkan, bisa dijual lagi. Apalagi kalau yang jumlah cabangnya ganjil, harganya bisa lebih mahal. Johana tahu itu dari Pa Ce.

Sementara Johana dan saudaranya masih menikmati rusa bakar, Pa Ce pergi lagi dengan kole-kole.  Kole-kole menerjang deras arus Kali Bian menuju ke Domande yang terletak diseberang. Didalam ketinting ada karung berisi daging rusa yang siap diserahkan ke Daeng.  Tidak ada lagi daging rusa buat keluarga Johana, yang tersisa hanya wangi bekas daging terbakar.

“Sa tidak sedih, kok. Lain kali Pa Ce pasti dapat rusa lagi. Walau yang kami makan tidak banyak, tapi kami senang….”kata Johana dalam hatinya sambil menikmati hembusan angin laut. Matanya kembali asik menatap ubur-ubur yang melayang – layang di dalam air.

Catatan :

-Kali                         = Sebutan Sungai di Merauke

-Kole-kole             = Perahu kayu khas Papua

-Pa/Ma Ce            = Panggilan buat bapak / ibu

-Kayu bus              = Kayu eucalyptus / kayu putih

-Bivak                     = Pondok sementara untuk berburu

-Daeng                   = Sebutan untuk orang Makasar

-Kaloso                   = Ikan Arwana

-Sa                           = Saya

-Pu                           = Punya

-Pendatang          = Sebutan buat orang luar Papua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun