Mohon tunggu...
Ahmad Budairi
Ahmad Budairi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pecinta kopi dan gadis cantik. Semacam pengelola blog www.nusagates.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tingkatkan Perhatian Saat Istri Hamil

14 Februari 2016   14:17 Diperbarui: 14 Februari 2016   14:31 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Jepretan saat mbolang di Kafeole Salatiga"][/caption]Kehamilan adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para pengantin baru. Terutama sekali bagi pasangan-pasangan yang tidak pernah melakukan kredit (nyicil) senggama dengan calon istri dan kebobolan. Sesuatu yang membuat berdebar ketika melihat hasil uji testpack. Mungkin sama mendebarkannya dengan perasaan mereka yang berhasil mencetak gol sebelum nikah. Hanya saja beda hasil yang diharapkan.

Sebagai pengantin yang agak baru, aku pun merasakan hal itu. Berkali-kali gol, tapi tidak mendapatkan poin alias zonk. Setelah dua kali mendapati hasil uji testpact yang menyatakan negatif, kali ketiga baru berhasil. Ada dua garis yang tampak di indikator testpack. Sangking bahagianya, hal itu malah membuatku tidak percaya. Setelah bolak-balik ke layanan medis dan meminta penjelasan dan bukti, baru aku percaya kalau ternyata memang berhasil menghamili istriku.

Awal-awal kehamilan, istriku tampak sehat-sehat saja. Dia masih terlihat mampu seperti biasanya menjalankan aktivitasnya. Hanya saja karena rekomendasi pihak medis untuk menjaga diri agar tidak kelelahan, aku memintanya untuk sedikit mengurangi aktivitas. Mendekati akhir masa trisemester pertama, istriku kondisi istriku mulai tidak stabil. Nafsu makannya menurun, sering muntah-muntah, badannya lemas hingga beberapa kali harus mendapat penanganan medis.

Menginjak pada bulan kelima, kondisi istriku semakin menghawatirkan. Seringkali badannya panas dan gatal-gatal menjalar ke seluruh tubuhnya. Beberapa kali konsultasi ke medis tidak membuahkan hasil dalam waktu hampir 2 bulan. Sungguh amat kasihan.

Perutnya yang semakin bertambah besar membuatnya sulit untuk bergerak bebas dan merubah posisi saat tidur. Di dalam lelapnya, aku menatap wajahnya. "sungguh kasihan", batinku. Aku pun terbawa suasana. Fikiranku jauh melayang memikirkan masa-masa yang akan dihadapi istriku esok hari hingga saat ia melahirkan. Aku berusaha meraba bagaimana perasaannya yang mempertaruhkan hidup dan kehidupannya untuk kelahiran anak yang pertama. Aku membayangkan bagaimana seseorang yang jelas-jelas akan merasakan sakit yang luar biasa saat melahirkan itu. Sakit yang tidak bisa dihindari. Ibarat seseorang yang sedang menikmati hidangan sangat nikmat tetapi disaat yang sama kakinya dibakar. Apa bisa merasakan nikmat? Aneka perasaan bercampur menjadi satu malam itu.

Ketika aku mengajaknya jalan-jalan atau menikmati liburan di tempat yang ia suka, aku pun masih terbayang hal yang sama. Saat itu memang dia terlihat bahagia. Namun, disaat itu juga ketika ia ingat akan rasa sakit saat melahirkan apa masih sama perasaannya? Perasaanku terasa berkecamuk luar biasa. Aku sering termenung. Di satu sisi aku sangat menginginkan kehadiran anak-anak, di sisi yang lain perasaanku telah dikuasai rasa kasihan. Namun, apa yang bisa aku perbuat?

Rasa Aman. Mungkin itu yang bisa kuberikan padanya untuk membuatnya semakin kuat dan bersemangat. Aku merasa sangat perlu memantau dan mengontrol emosinya agar tidak over dalam setiap mengekspresikan emosinya. Ketika ia marah, aku berusaha menetralkan dengan hal-hal yang mampu membuatnya sedikit mereda. Ketika ia over bahagia, aku berusaha mengontrolnya dengan menyodorkan beberapa masalah yang perlu dihadapi, ketika ia merasakan over surprize, aku berusaha menetralkannya dengan obrolan santai, dan lain sebagainya. Intinya, aku berusaha memberikan perhatian lebih intens padanya. Aku berharap, dengan hal itu dia bisa lebih merasa aman.

"Susah senang dirasakan bersama" aku rasa hanya ada di cerita fiksi. Selama ini aku tidak bisa mewujudkannya. Misalnya gini, ketika istriku gatal-gatal, aku tidak bisa merasakan gatal-gatal juga. Kecuali menaburkan bedak gatal ke seluruh tubuhku. Sebaliknya, ketika aku merasakan sakit gigi, istriku malah senyum-senyum mengejekku. Mana mau dia memukul giginya dengan palu agar sama-sama merasakan sakit gigi.. hehehe

Anyway, aku sayang pada istriku. Mumpung hari ini adalah hari valentine (katanya lo) dan besok adalah hari ultahnya, tulisan ini semoga bisa menjadi pengantar (muqoddimah) untuk hadiah spesial yang akan kuberikan. Namun, jujur saja ya! Hadiah spesial itu sama sekali belum terpikirkan olehku. hihi Tapi, yang jelas hadiah itu bukan madu. Syarat menikah lagi yang tak mampu kupenuhi adalah "menghancurkan perasaan istri yang selama ini sangat setia menemaniku". Jadi, jangan khawatir. :p

Selamat menikmati kehamilanmu, istriku. Selamat menjelang ulang tahun. Semoga tidak bosan menemaniku. Semoga tidak bosan kutemani. Semoga kita bisa meraih mimpi yang telah kita impikan dan mimpi yang belum pernah kita impikan.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun