Mohon tunggu...
Deby Aditiya Tjandra
Deby Aditiya Tjandra Mohon Tunggu... -

Student.... Student.... Student....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Suara Investasi Jangka Panjang

17 Oktober 2013   18:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:24 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kamu harus masuk jurusan kedokteran!!"

"Kenapa nilai mat kamu cuma segini?"

"Gak Bisa!! kamu pokoknya hari ini harus les!!"

Begitu banyak suara-suara menuntut disekitar kami, anak-anak.

Anak-anak adalah harapan orang tua, sebuah investasi jangka panjang yang harus disayang sepenuh hati sekaligus dapat dibanggakan pada masa yang akan datang. Bagaimana cara memperlakukan investasi itu akan sangat berpengaruh kepada hasil yang akan dihasilkan.

Banyak buku, opini, cara, bahkan tutorial di youtube bagaimana cara membesarkan anak. Mulai dari hal sepele seperti memandikan, resep sehat untuk anak, pola makan, dan lain-lain.

Tapi bagaimana dengan suara investasi tersebut?

Mengingat anak-anak bukanlah saham ataupun obligasi yang akan mendapatkan hasil memuaskan seperti yang tertulis dikertas jika kita berspekulasi dengan tepat. Anak-anak adalah manusia yang ingin didengar apa pendapatnya. Banyak orang tua yang mengambil keputusan tanpa persetujuan anaknya atau tanpa diskusi terlebih dahulu dengan anggapan bahwa itu penting untuk pertumbuhan anaknya dan masa depan mereka nanti.  Tunggu dulu, itu penting untuk anaknya atau penting demi gengsi orang tua?

Budaya kita, dimana para orang tua dan anak hanya menggunakan komunikasi satu arah semenjak anak itu kecil sampai remaja. Baik-baik saja jika anak itu masih kecil dan belum bisa mengambil sebuah keputusan, tapi bagaimana jika anak itu menjelang dewasa? Rata-rata ketika beranjak remaja, mereka sudah memiliki aspirasi sendiri minimal sebuah pendapat, yang terkadang inilah yang menjadi inti masalah ketidak sepahaman antara orang tua dan anak remaja mereka.

Banyak orang tua yang kurang bisa mendengarkan anak mereka karena mereka menganggap mereka memiliki lebih banyak pengalaman dalam menjalani kehidupan dewasa. Tapi tuntutan jaman berubah, dunia semakin berkembang dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, cara pandang duniapun sudah berubah.

Cara pandang inilah yang sekarang menjadi cara pandang remaja pada umumnya. Memang kami tidak bisa memungkiri bahwa cara pandang macam ini tidak semuanya bagus. Tapi, apakah cara pandang orang tua itu pasti yang terbaik?

Memang orang tua itu lebih bijaksana dan lebih matang dalam mengambil keputusan, tapi pada akhirnya kami sendiri yang akan menjalankan. Contoh: semua orang tua sepertinya ingin melihat anak kebanggaannya menjadi seorang dokter, tapi apakah semua anak ingin menjadi dokter dan nyaman menjalankan kuliahnya?
Kebanyakan para orang tua lebih berorientasi kepada hasil yang akan diraih bukan proses untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, melupakan bahwa lebih dahulu sebuah proses daripada hasil dan bahwa proses sangat menentukan hasil.

Pada intinya, kami bukannya ingin dituruti tapi lebih ingin didengarkan. Komunikasi dua arah dalam sebuah keluarga dan diskusi dalam sebuah pengambilan keputusan, akan menjadikan hubungan anak dan orang tua semakin berkualitas dan mendapatkan sebuah solusi yang berkualitas pula menjadikan investasi ini berhasil untuk jangka yang sangat panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun