Tak dapat dipungkiri, Bepe termasuk “legenda” Timnas meski tak mampu memberikan prestasi mentereng terhadap Tim Merah-Putih di sepanjang penampilannya memperkuat Timnas Indonesia. Dengan torehan sebanyak 37 gol di Timnas senior, tentu dalam waktu dekat ini akan sulit didekati oleh pemain-pemain Indonesia sebagai penerusnya nanti. Namun saya dan bahkan Bepe sendiri pasti berharap akan ada generasi penerus yang mampu mematahkan rekor yang dia buat, dan yang terpenting adalah harapan akan terciptanya tim kuat yang akan mampu berbicara banyak di kancah internasional. Tim yang menyandang lambang Garuda di dada kiri pada jersey-nya, Tim Merah-Putih yang menyandang dan membawa nama Indonesia.
Tak sedikit publik yang kecewa atas keputusannya tidak mau memenuhi panggilan Timnas pada tahun lalu. Dan mayoritas publik sebenarnya banyak mencibir timnas yang banyak diisi oleh pemain-pemain muda yang belum berpengalaman dalam kancah internasional. Namun publik juga banyak yang lupa dengan membiarkan “big thing” menghalangi para pemain-pemain ikut memperkuat Timnas agar kubunya dapat mempertahankan bargaining position dalam konflik sepakbola kita yang sangat-sangat memprihatinkan ini.
Karena Bepe adalah salah satu pemain idola saya, tentu saja saya sangat menyayangkan atas keputusannya tidak mau memperkuat Timnas. Dan kekecewaan saya pun terwujud dalam bentuk “malas mengomentari apapun sikap Bepe”, namun satu-dua kali tetap saja keceplosan mengungkapkan cibiran atas sikap seorang publik figur ini. Namun, sekecewa-kecewanya saya atas Bepe dan terlampiaskan dalam status facebook, saya seringkali mengingatkan teman-teman saya di facebook yang ikut berkomentar agar mampu menahan diri dan ikut berkomentar dalam substansi permasalahan yang ada. Bukan malah menjelek-jelekkan Bepe secara pribadi dengan membuat sebutan-sebutan plintiran nama yang tidak enak didengar/baca. Terlebih saat Bepe didaulat sebagai pembawa obor Olimpiade banyak yang mencerca, saya rasa itu adalah cercaan yang sangat kebablasan karena tidak pada substansi permasalahan yang ada.
Saya kembali merenungi apa yang Bepe tuliskan siang tadi : “Berani mengambil sikap dengan apapun hasil dari pilihan yang kita ambil, adalah dua hal yang berbeda. Mengambil sebuah keputusan murni berada di tangan setiap individu. Sedang hasil dari keputusan yang kita ambil acap kali tergantung dari banyak hal, termasuk kehendak dari sang Maha Pencipta.”
Ooooh ini toh, ternyata sikapnya berbeda dengan pemain-pemain lain. Disaat pemain lain beralasan tidak mau memperkuat Timnas karena adanya ancaman dari klub, justru Bepe tampil seorang diri dengan menyatakan bahwa keputusannya adalah pilihan dari hatinya, bukan karena hal-hal lain. Berbeda halnya dengan para pemain lain, ada beberapa yang menganggap “pemain cuma korban dari dualisme Timnas”, tapi nyatanya pemain tersebut malah sebagai pelaku utama dualisme. Padahal secara jelas dan gamblang bahwa FIFA, AFC, AFF tidak melihat adanya dualisme Timnas Indonesia. Hanya para pemain saja yang mau dibodohin para elite pelaku utama kekisruhan sepakbola kita ini, karena sudah mau menjadi pelaku dualisme Timnas dengan ikut membantai Australia All Star dengan skor 8-0 dan 12-0 (kata pak wakil rakyat kita, pak Djamal Adjiz)
Bepe dan jersey PAMUNGKAS
Akhir 2012 menurut saya adalah sebuah lompatan besar dari seorang Bepe. Dia bersama dengan Firman Utina, Ponaryo Astaman, M Ridwan, dkk mau memenuhi panggilan Timnas yang saat itu dibesut oleh Nilmaizar guna menghadapi Valencia. Namun semua terhenti disitu, banyak pemain kemudian kembali ke perintah atasan yang melarang memperkuat Timnas. Tak begitu halnya dengan Bepe, beberapa bulan kemudian dia akhirnya memutuskan untuk ikut bergabung dengan rekan-rekannya di pemusatan latihan Timnas guna mengarungi ajang AFF Cup 2012 yang akan dihelat di Malaysia. Tak dinyana, ternyata AFF Cup 2012 adalah penampilan terakhirnya bersama Tim Merah-Putih. Dengan lebih memilih mencantumkan nama PAMUNGKAS di jersey, ternyata jauh-jauh hari dan dengan segala pertimbangan yang telah masak-masak diperhitungkan, Bepe kemarin (1/4) menyatakan mundur dari Timnas dan turut berharap tercipta generasi sepakbola yang lebih tangguh dari dirinya. Dan respek sebesar-besarnya patut diberikan kepada pernyataan Bepe dibawah ini :
“Rasa terima kasih dan hormat saya yang setinggi-tingginya, saya ucapkan kepada seluruh komponen tim nasional Indonesia di Piala AFF 2012. Orang-orang yang dalam segala keterbatasan dan tekanan publik yang begitu hebat, tetap berdiri di garda paling depan untuk memperjuangkan harkat dan martabat bangsa Indonesia melalui sepakbola.”
Selamat jalan capt, semoga doamu dan doaku agar tercipta generasi emas sepakbola Indonesia yang mampu mengharumkan nama Bangsa Indonesia kelak bisa terwujud. Dan dengan ini juga saya ikut memberikan penghargaan kepadamu berupa satu deret kalimat “Anda Adalah Generasi yang Gagal, Tapi Bukan Pribadi yang Gagal”. Sebagai penutup tulisan ini marilah kita simak lagu dari youtube dibawah ini (sama-sama suka music kan masbro, hehee)
“Jayalah Indonesia, Merah-Putih harga mati, Garuda di dadaku!!!!”
twitter : @BubupTweet