Fitnah, lagi, lagi, dan lagi. Seolah ajang fitnah adalah senjata mutlak dalam kekisruhan sepakbola kita. Bagaimana tidak, seorang pemred pun menyebarkan berita fitnah tanpa mau membeberkan bukti yang katanya "wawancara eksklusif" tentang pernyataan Djohar Arifin yang menyebutkan bahwa para pemain senior adalah  (APSNI) pun mensomasi Djohar Arifin untuk mengklarifikasi dan meminta maaf. Bagaimana mau minta maaf bila ternyata si pembuat berita tak dapat membuktikannya.
Beralih ke tema kita kali ini tentang Rahmad Darmawan. Saat berita tersebut santer diberitakan di berbagai media, secara eksplisit Rahmad Darmawan langsung menanggapi secara frontal melalui twitter. Rahmad mengatakan bahwa Ketum PSSI adalah bapaknya para pemain, lha kalau pemain itu mafia, terus bapaknya siapa dulu? (begitulah kira-kira bunyinya)
Sangat aneh, sebagi seorang publik figur di persepakbolaan nasional, seharusnya kroscek berita terlebih dahulu sebelum menghakimi seseorang atas berita yang masih diragukan kebenarannya. Apalagi hal inipun juga "digunjingkan" bersama beberapa pemain senior kita.
Seolah tak belajar dari hal tersebut diatas, Rahmad Darmawan kembali lagi melakukan hal seperti diatas. Bahkan kali ini lebih parah lagi. Saat menghadiri acara Indonesia Lawyer Club (ILC) pada hari Selasa kemarin (6/3). Di acara yang dipandu oleh Karni Ilyas ini, Rahmad Darmawan kembali mengatakan provokasinya atas isu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Sebenarnya sah-sah saja apabila beliau ingin menyampaikan informasi ke publik, tapi alangkah bijak apabila beliau konfirmasi dan kroscek terhadap informasi yang didapatnya, bukannya malah termakan isu murahan yang menimbulkan provokasi kebencian.
Rahmad Darmawan mengatakan bahwa proses seleksi pemain muda di Indonesia terjadi adanya diskriminasi. Tentu saja Timo Schunemann selaku direktur pembinaan usia muda, kaget mengetahui adanya isu ini. Pagi harinya, Timo banyak mendapat mention di twitter mengenai permasalahan diskriminasi yang dilontarkan oleh Rahmad Darmawan tersebut.
Timo Schunemann yang kini sedang menggelar seleksi pemain timnas U-12 dan seleksi pemain untuk dididik dalam Akademi Nusantara, merasa dipojokkan atas adanya berita bohong di acara Indonesia Lawyer Club. Timo pun mengklarifikasi bahwa demi menjaga independensi, dirinya bersama tim bahkan tidak ingin mengetahui darimana anak-anak peserta seleksi tersebut berasal, tidak membeda-bedakan berasal dari SSB mana.
Mengenai proses seleksi yang sedianya dilakukan di Samarinda, ternyata ada beberapa pihak yang menghalang-halanginya, akhirnya seleksi pun dialihkan ke Balikpapan. Dalam staf seleksi di Balikpapan pun menggandeng salah seorang pemain U-21 dari Persiba Balikpapan. Seleksi di Balikpapan juga berdasarkn data ada yang dari SSB Pusam. Pun saat beliau seleksi di Bandung beberapa waktu lalu, ada seorang anak yang nekat datang meski tak diijinkan oleh SSB-nya.
Pernyataan resmi Timo Schuneman :
"Yang pasti kalau saja ada policy discriminatif di usia nuda (bidang saya), saya sudah atau akan mundur"
Bila sudah begini, apakah bijak seorang Rahmad Darmawan melontarkan isu yang tidak terbukti kebenarannya. Apakah memang dua kejadian diatas merupakan simbol masyrakat Indonesia yang mudah sekali termakan isu negatif yang menjurus provokasi? Ataukah memang senjata provokasi ini sengaja dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan di sepakbola nasional?
Sudah jadi rahasia umum bila Safee Sali dan Rahmad Darmawan memilih Pelita Jaya adalah mengincar posisi di CS Visse maupun Brisbane Roar karena kedekatan tiga klub tersebut demi karier internasionalnya. Lantas bila Rahmad Darmawan sendiri ikut menceburkan dirinya dalam konflik ini untuk mencapai "goalnya" tersebut, silahkan dinilai apakah RD menggali asa atau menggali kubur???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H