Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Tukar Guling", Cermin Bobroknya Kepolisian?

20 Februari 2012   06:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:26 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja saya menyaksikan berita di liputan6, ada berita mengenai aksi penusukan di lapas Kerobokan, Badung, Bali. Sepertinya pihak Kemenkumham sungguh mempunyai pe-er yang cukup besar dalam menangani jajarannya. Tentu saja kita masih ingat tentang lapas super mewah ala hotel, nyabu dalam tahanan, ijin keluar napi yang berbelit-belit dan harus dengan uang sogokan, dll, adalah realita yang mencoreng lembaga ini.


Dari kasus penusukan yang masih diinvestigasi motifnya oleh jajaran Polres Badung ini, saya malah jadi teringat kejadian pada tahun 2009 lalu. Saat saya tinggal di Bali, ada kejadian seorang atlet terkenal dari Bali (mohon maaf, nama dan cabang olahraganya sengaja saya rahasiakan, sebut saja si A) yang "ke-gap" transaksi narkoba. Tentu saja ibunya si A sangat shock dengan adanya kejadian sangat mengejutkan yang melibatkan anaknya tersebut. Dan ketika itu saya langsung bergegas membeli koran dari sebuah harian lokal di Bali, untuk saya berikan kepada teman saya yang saat itu sedang berbincang-bincang dengan ibunya si A. Maksud saya membeli koran tersebut, sebenarnya adalah permintaan teman saya, sebagai pembanding antara kronologis versi tersangka (si A) dengan kronologis versi Kepolisian yang dituliskan oleh wartawan.


Saat teman saya berbincang dengan ibunya si A, saya pun ikut nimbrung menyimak kronologis kejadiannya. Si ibu yang sebelumnya telah menjenguk anaknya di tahanan, mendapatkan kronologis lengkap dari anaknya. Dan, sungguh sangat mengejutkan mendengar apa yang diceritakan oleh ibu ini. Berikut rangkuman dari apa yang diceritakan oleh ibu tersebut :


Si A yang merupakan atlet terkenal di Bali, tentu saja mempunyai banyak teman dari berbagai kalangan dan latar belakang. Sebut saja si B, dia adalah salah satu temannya yang memang terjerumus dalam dunia narkoba. Naas, si B digrebek saat pesta narkoba bersama teman-temannya, dan akhirnya si B pun ditahan di Polres Badung, Bali.


Pada suatu ketika, si B menelfon si A, dan meminta untuk ketemuan. Si A yang tidak mengetahui bahwa temannya tersebut telah menjadi tahanan, mengiyakan saja tawaran untuk ketemuan tersebut. Di tempat yang telah direncanakan, si B menunjukkan narkoba kepada si A. Pikir si A, temannya ini menawari dirinya untuk pesta narkoba, tapi tawaran tersebut ditolaknya. Tiba-tiba saja datang beberapa polisi berpakaian preman, dan menggrebek mereka berdua untuk kemudian diamankan di Polres Badung.


Si A yang hanya bisa terkaget-kaget dengan kejadian ini pun serasa tak percaya dengan apa yang dialaminya. Ibarat kata, dia tidak tahu apa-apa tapi ternyata malah ikut "menginap" di balik dinginnya jeruji besi. Pada akhirnya, malam itu juga, dalam sebuah kesempatan si B bisa mengobrol berdua dengan si A, si B mengakui bahwa dirinya tempo hari telah digrebek saat pesta narkoba. Masuk sel tahanan sebagai tersangka, pihak Kepolisian (entah oknum atau apa) malah menawarkan sebuah solusi kepada si B agar bisa lolos dari jerat hukum ini, karena sebenarnya pihak Kepolisian mengincar "big fish" yang sebenarnya. Berhubung si B hanyalah pemakai, maka dirinya bisa dibebaskan dengan cara "tukar guling". Tentu saja ini menuntut si B untuk mencari kambing hitam untuk menggantikan posisinya sebagai tahanan. Dan naasnya, pilihan korban "tukar guling" tersebut jatuh pada si A, temannya yang merupakan salah seorang atlet yang cukup dikenal di Bali.


Parahnya, kronologis kejadian malam itu versi Kepolisian (yang muncul di berita koran), sangat jauh berbeda dengan kejadian yang diceritakan oleh ibu tadi mengenai percakapan anaknya dengan si B dalam kejadian kasus "tukar guling" ini. Kepolisian sendiri (seperti yg saya baca di koran) menyatakan bahwa si A telah lama diincar pihak Kepolisian, dan telah lama mengawasi gerak-geriknya. Dan kejadian penggrebekan malam itu merupakan puncak dari investigasi Kepolisian selama ini.


Nah loh, kalau begini ceritanya, gimana masyarakat merasa diayomi oleh Kepolisian? Ternyata saja ada kejadian "tukar guling" yang sebenarnya sangat-sangat menurunkan kredibilitas jajarannya. Korban dari "tukar guling" pun seperti tidak bisa berbuat apa-apa lagi, paling banter nanti mentoknya juga diminta "tukar guling" mencari korban lain agar dirinya bebas. Entah apa yang menjadi pertimbangan oknum Kepolisian menawarkan metode "tukar guling" ini. Entah karena kejar target menangkap "big fish" yang belum terlaksana, atau mungkin motif lain, entahlah. Yang jelas kejadian seperti ini bisa terjadi kepada siapa saja. Jadi pesan moral dalam posting ini adalah untuk selalu berhati-hati bila harus berhubungan dengan teman yang diindikasikan melanggar hukum.

Ada peribahasa Bahasa Jawa : "Ati-ati, ojo cedhak kebo gupak"

* * * * * * * * * * *

~~{[["P.S.K"]]}~~
Perhukuman Super Koplaksiana
"Terkoplak Mengabarkan"

oleh : Bubup Prameshwara, SH (Specialis Humor)
Peraih gelar Humoris Causa dari UGM (Universitas Genteng Merah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun